Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film, Family Is The Most Important Thing

7 Februari 2019   18:30 Diperbarui: 7 Februari 2019   18:30 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekan lalu saya menonton tiga film sekaligus di bioskop. Saya memilih untuk gerak cepat dengan menonton ketiganya dalam satu pekan. Selain karena saya punya waktu luang yang lebih untuk bisa pergi ke bioskop. Saya juga khawatir film-film ini tidak akan bertahan lama di kategori Now Showing.


The Mule

Earl Stone ialah pria tua yang menjadi karakter utama dalam film ini. Berdasarkan dari kisah nyata, kehidupan Earl Stone terbilang gampang-gampang-susah. Sebagai orang yang tertarik dengan bunga, dia mendirikan bisnis bunga. Melayani pengiriminan bunga dan memenangkan penghargaan atas hasil kerjanya dengan bunga-bunganya.

Beberapa tahun kemudian bisnis bunganya bangkrut. Terpaksa Earl Stone gulung tikar. Hingga kemudian dia mendapatkan alternatif lain untuk permasalahan keuangannya, yaitu menjadi kurir narkoba.

Selain penggemar bunga, Earl Stone memang gemar bekerja dan gemar untuk bepergian dengan kendaraannya. Dia begitu totalitas dalam pekerjaannya. Bahkan saat dia perlu menjadi kurir. Earl Stone lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan keluarganya. Sehingga dia dikucilkan dari keluarganya sendiri karena dianggap tidak peduli dengan keluarga.

The Mule memang film yang memiliki daya tarik dalam isi ceritanya. Sehingga selama film berlangsung tidak banyak hal yang mengejutkan. Secara ini kisah nyata, kita dapat tahu hasil akhir ceritanya. Namun jika tidak menontonnya kita tidak tahu pesan dan pelajarannya.


Destroyer

Nicole Kidman sebagai Erin Bell tengah menyelundupkan diri menjadi bagian dari kelompok kriminal. Erin, detektif yang berusaha membongkar kelompok kejahatan dan menangkap pemimpinnya. Dia tidak bekerja sendiri, Chris sebagai rekannya juga ada dalam bagian drama itu.

Setelah beberapa tahun terlepas dari kasus kelompok kriminal tersebut, Erin Bell mendapat petunjuk sehingga dia tertarik untuk mengupasnya kembali. Namun dia perlu mengkorbankan beberapa hal demi menupas tuntas kasus yang telah berhenti cukup lama.

Erin Bell, memiliki masalahnya sendiri setelah bergabung dengan kelompok kriminal. Sehingga anaknya merasa bahwa dia tidak cukup mendapatkan perhatian darinya. Namun setelah Erin mencoba menyelesaikan kasus kelompok kriminal ini, dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Nicole Kidman sebagai Erin Bell dapat membawakan peran detektif yang kacau ini menjadi lebih dramatis. Selain karena permasalahannya di dunia kepolisian, dia dapat memberikan pesan sebagai ibu yang tetap mencintai anaknya dalam kondisi apapun. Kidman tidak segan berakting dengan adegan berbahaya dan berakting secara drama dengan ekspresi yang dapat membawa suasana film lebih haru.


Greenbook

Ketika klab tempat Tony Lip ditutup, dia perlu mencari pekerjaan baru selain lomba makan hotdog. Kemudian Tony tengah direkomendasikan untuk menjadi sopir untuk pemain piano profesional yang akan melaksanakan tur.

Dari perjalanan tersebut, Shirley, sang pemain piano, belajar mengenai pentingnya keluarga bagi Tony. Dua orang tersebut saling mendapati pelajaran dari kisah hidup satu dan lainnya selama melakukan perjalanan bersama.

Meskipun film ini lebih menggambarkan suasana rasis pada zaman itu, karena Shirley adalah pria berkulit hitam. Shirley tetap mendapatkan perlakuan yang tidak enak meskipun dia pemain piano yang jenius. Sedangkan Tony Lip harus selalu ada untuk Shirley di setiap permasalahannya.

Dari awal hingga akhir film, kita disuguhkan nasihat-nasihat penting dan tidak penting dari kedua tokoh cerita tersebut. Sifat Tony sebagai si mulut besar menjadi penggurih dalam film. Dua tokoh dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, Tony dan Shirley memiliki prinsip hidup masing-masing dan mampu membaginya untuk satu sama lain.

Dari ketiga film tersebut, yang saya dapati adalah keluarga perlu menjadi prioritas utama untuk alasan apapun. Dari keluarga kita mendapatkan dukungan dan untuk keluarga pula kita kembali dari 'medan perang'. Meski penggambaran keluarga dari masing-masing film berbeda, namun saya bisa pastikan bahwa dengan memiliki keluarga ataupun orang-orang yang telah dianggap keluarga, mereka pantas mendapatkan perhatian dari kita meskipun kita sedang dalam keadaan yang menyulitkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun