Mohon tunggu...
Muhammad F. Hafiz
Muhammad F. Hafiz Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menulis sebagai profesi dan amal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Batu Hitam

5 April 2024   21:48 Diperbarui: 5 April 2024   22:36 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dan sekarang Pak, seorang perempuan akan tinggal di rumah kita. Orang dari kampung gunung setuju perempuan itu menjadi istriku dengan syarat hanya sampai ditemukan sebuah lagi batu hitam itu. Dia sepertinya diutus untuk mencari sendiri benda itu di rumah kita."

Ratang hanya diam.

***

Ribuan pohon kopi dusun Sau telah berusia puluhan tahun. Bibit baru sudah tumbuh dan tak lama lagi siap panen. Pohon-pohon tua itu telah berulangkali mengalami peremajaan dengan cara dikepras batangnya agar tetap produktif. Tetapi pokok yang berusia lebih 30 tahun harus digantikan pohon baru.

Belakangan ini produksi kopi dusun Sau berkurang menanti pohon baru siap panen. Para buruh petik beralih mengerjakan penebangan pohon tua. Menggunakan gergaji tangan dan sejumlah gergaji yang digerakkan mesin. Bunyi mesin itu meraung-raung merong-rong kesunyian kebun.

Hanya buruh laki-laki yang bekerja menebang ribuan pohon sejak sepekan terakhir. Sedangkan para perempuan penduduk dusun Sau menganggur sepanjang menanti panen.

Pagi hari ini para perempuan itu mulai berdatangan di rumah Ratang. Mereka membantu menyiapkan hajatan besok malam. Rawi akan ruwah.

Setelah tiga bulan menikahi Sekar, hidup Rawi semakin membaik. Kata para pemuda, Rawi hendak membeli sepeda motor.

"Aku baru memeriksa beras di gudang Ratang seperti yang diminta Sekar. Tahu kalian apa yang aku temukan...? Sekarung biji kopi. Agak apek baunya, rupanya sudah lama tak dianginkan...," kata Wak Jamin pada orang-orang.

"Mengapa Ratang tak menjual sekarung biji kopinya itu? Bukankah harganya sedang mahal...?" sahut Gisah yang ditingkahi Wak Jamin dengan menganggukkan kepala.

"Bilang pada Sekar, ambilah barang sekilo dua, sebentar lagi kita tumbuk buat ngopi tamu besok," kata Wak Jamin kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun