Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Perbedaan untuk Merawat Persatuan Bangsa

17 Agustus 2020   00:05 Diperbarui: 17 Agustus 2020   05:42 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saya dan si bapak. Dokpri

Menolak perbedaan sama halnya dengan mengingkari kemahaciptaan Tuhan. Saya dan bapak di dalam foto ini banyak benar perbedaannya, baik dari etnis, fisik, agama, maupun tempat tinggal.

Kami hidup dalam lingkungan budaya yang sungguh jauh berbeda. Saya hidup dalam lingkungan budaya orang Kerinci yang jauh di pedalaman Sumatera. Sementara si bapak, hidup dalam lingkungan budaya orang Manggarai yang berjarak bermil-mil jauhnya dari tempat tinggal saya. 

Bahasa sudah barang tentu berbeda pula. Jika sang bapak berbahasa Manggarai, saya tak mengerti sama sekali. Pun begitu pula sebaliknya jika saya membawakan bahasa Ibu, bahasa Kerinci.  Tak akan dimengerti sama sekali. Meski para ahli bahasa bercakap, bahwa bahasa Kerinci dan Manggarai sesungguhnya masih satu rumpun bahasa yang sama. Tetapi keduanya terpisah sejak ribuan tahun lalu. 

Agama berbeda pula antara saya dan si bapak. Orang-orang Sumatera mayoritas adalah pemeluk Islam yang taat. Sejarah pengislamannya bermula sejak abad ke-7 hingga kesultanan Islam benar-benar berdiri di sana pada abad ke-13 M. 

Sejarah orang Manggarai sedikit berbeda. Meski telah bersentuhan dengan dunia Islam lewat perdagangan. Bahkan legenda menyebutkan leluhur datang dari Tanah Minangkabau, tetapi mayoritas mereka memilih untuk menjadi Kristen.

Lihat pula: "Tidak Selamanya Perang itu Jahat," Perang dalam Kaitannya dengan Agama, Budaya dan Kemerdekaan


Di dunia akademis, segala macam perbedaan imerupakan perbincangan menarik. Perbedaan pikiran, fisik, ideologi, bahasa, agama, dan budaya digali sedalam mungkin. Laksana menggali lubang tambang yang berisi emas tiada habisnya. 

Dari berbagai sudut pandang, milyaran manusia dibagi dalam berbagai penggolongan. Setelah dibagi dalam golongan yang berbeda dicari pula persamaannya. Itulah kerja para akademisi yang menggali fenomena menarik dari kehidupan manusia.

Bahkan, ada satu cabang ilmu yang sampai-sampai menggali perbedaan ke akar-akarnya, sampai hal terkecil dari fisik manusia sekalipun. Dengan melihat ciri fisik tersebut mereka membagi manusia dalam tiga ras utama; kaukasoid, mongoloid dan negroid.

Berkat ilmu tersebut, kita bisa mengidentifikasi manusia yang hidup sekarang hanya dengan melihat warna kulit, bentuk hidung, bentuk mata, rambut dan berbagai bentuk fisik yang tampak. Bahkan kita bisa mengidentifikasi ras manusia yang telah tiada. Dari manusia yang meninggal sebulan lalu hingga yang meninggal ribuan tahun lalu. Caranya dengan menyelidiki rangka tubuh yang tersisa seperti tengkorak, bentuk gigi, bentuk tungkai dan lain sebagainya. Saya kira cabang ilmu ini benar-benar ingin membuktikan kreatifitas Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun