Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dahsyatnya Gempa Bumi Kerinci di Tahun 1909

12 Oktober 2018   09:45 Diperbarui: 14 Oktober 2018   20:22 3687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Dusun Lolo pasca-gempa Kerinci pada tahun1909 M. Dok. Kitlv-Pictura

Berada di atas jalur patahan Sumatra menjadikan Kerinci sebagai salah satu wilayah rawan gempa dengan potensi kerusakan cukup tinggi.

Sebagaimana yang dipaparkan dalam tulisan sebelumnya berjudul "Sejarah Gempa di Lembah Kerinci, Jambi"  (Lihat: Sejarah Gempa di Lembah Kerinci, Jambi), bahwa wilayah ini memiliki sejarah yang panjang dengan peristiwa kegempaan, bahkan membekas dalam memori kolektif masyarakat Kerinci. 

Salah satu gempa terdahsyat adalah gempa yang terjadi pada tahun 1909 M, sekitar tujuh tahun setelah wilayah ini diduduki oleh Hindia-Belanda. Gempa berkekuatan sekitar 7.6 SR menjadi gempa terkuat yang mengawali abad ke-20 M di Hindia-Belanda.

Peristiwa gempa dahsyat ini ditulis dan diberitakan dalam berbagai surat kabar Belanda. Saya telah menelusuri beberapa surat kabar usang yang memberitakan mengenai bencana tersebut. 

Peristiwa gempa Kerinci tahun 1909 pertama kali diberitakan oleh Harlem's Dagblad yang terbit 7 Juli 1909. Berita tersebut didasarkan pada laporan Residen Jambi tertanggal 6 Juni, bahwa di Kerinci:

".....pada malam tanggal 3 Juni memasuki 4 Juni  dirasakan gempa  bumi  dahsyat  disertai dengan gelombang pasang (Vloedgolf). Di Dusun Tanjung Pauh, 30  rumah habis terbakar. Di Mendapo-Mendapo bagian Utara, rumah-rumah  roboh, penduduk terbunuh. Sebagian mereka menyelamatkan diri dan telegraf  rusak.  Kerusakan besar juga terdapat di tempat-tempat utama  (hoofdplaats). Kontroler Kerinci  telah pergi ke dusun-dusun yang porak  poranda".

Selanjutnya, gambaran dampak yang ditimbulkan oleh gempa dahsyat tersebut diberitakan oleh Leidsch Dagblad terbit pada tanggal 8 Juli 1909.  Berita ini didasarkan atas laporan Kontroler Kerinci:

Klip Koran Harlem's Dagblad yang memuat berita gempa Kerinci tahun 1909 M. Sumber.https://nha.courant.nu/issue/HD/1909-07-07/edition/0/page/3
Klip Koran Harlem's Dagblad yang memuat berita gempa Kerinci tahun 1909 M. Sumber.https://nha.courant.nu/issue/HD/1909-07-07/edition/0/page/3

"Getaran bumi masih dirasakan di wilayah Gunung Sumbing-Puncak Kerinci. Saya mengunjungi dusun-dusun di onder district Sungai Penuh, Rawang, Depati Tujuh, Kemantan serta Semurup, dan telah menemukan rumah-rumah, jalan dan masjid telah runtuh, kecuali di Sungai Penuh, Gedang, Pondok Tinggi, Dusun Baru dan beberapa Dusun di Kemantan dan Rawang. Orang-orang berkemah di persawahan dengan membuat barak sementara.  Sebagai hasil dari gelombang pasang (vloedgolf), telah terjadi tanah longsor dan amblesan tanah di berbagai tempat yang berbeda. Akibatnya, sungai terdorong naik, sehingga area di sekitarnya banjir, sungai meluap dan merusak jalan, jembatan, dan sumber-sumber mata air. Sulfat (maksudnya grao atau sumber air panas berbau belerang) yang ada di Semurup 'beraktivitas' dengan lebih kuat, tetapi  mengering di Kemantan. Menurut laporan awal terbaru, dari  sisi danau (Kerinci) antara Tanjung Pauh Mudik dan Koto Petai. Sejauh yang saya periksa, jumlah kematian  mencapai 230 orang,  banyak juga yang terluka ringan dab  berat.  Pertama-tama, mereka dibantu semaksimal mungkin dengan personil yang tersedia. Selain itu, saya mendesak para kepala suku dan masyarakat untuk mendirikan barak permanen untuk menyimpan padi secara aman  di dalam dusun. Saya berangkat dari Sungai Penuh melalui Tanah Kampung, Penawar, Hiang, Sleman, ke Sanggaran Agung, untuk mengunjungi sisi barat danau, Lolo dan Lempur. Saya akan memberi sinyal hasil penyelidikan ini".

Laporan Kontroler Kerinci memberitakan betapa masifnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut, ada banyak bangunan yang roboh, tanah longsor, dan tanah yang ambles serta jumlah korban jiwa berdasarkan data awal yang cukup banyak.

Padahal kala itu, bangunan rumah penduduk relatif aman dari gempa karena terbuat dari kayu. Hal ini mungkin akibat 'gerak vertikal' yang dihasilkan oleh pergerakan sesar.

Ditambah lagi sebagian besar dusun dibangun di atas dataran aluvial dan kipas aluvial.

Pemberitaan Leidsch Dagblad berlanjut pada halamannya yang terbit pada 22 Juli 1909. Surat kabar ini menyampaikan informasi lanjutan tentang kondisi terkini Kerinci pasca dilanda gempa:

"........Dari Sanggaran Agung, masih ada beberapa informasi tentang fenomena  'vulkanis' terbaru  yang menyebabkan begitu banyak penderitaan. Selama berhari-hari, gempa bumi berlangsung secara berselang, meskipun tidak sekeras gempa yang pertama,  selama satu atau lima menit sehingga tidak memungkinan untuk tetap berdiri.  Di  Rawang dengan 27 Dusunnya, hanya beberapa rumah yang masih berdiri, demikian juga di Semurup dengan 31 dusunnya, Kemantan mengalami hancur total di 5 dusun. Sementara itu di Kota Petai, Tanjung Tanah, Penawar dan Tanah Kampung sepenuhnya 'terbaring'/rata di tanah . Di Tanjung Pauh sekitar 50 rumah terbakar akibat lampu yang terjatuh (karena gempa terjadi di malam hari); Dusun Lolo hancur total, sekitar 150 korban tewas dan 95 luka ditemukan. Total rumah  dan lumbung yang rusak diperkirakan sekitar 2000 dan total kerugian sekitar 3 ton (padi?). Guncangan alam dan tanah ambles dapat diamati pada banyak tempat di dataran"

Akhirnya dari sejarah gempa dahsyat yang melanda Kerinci di tahun 1909 M ini yang kemudian terulang pada tahun 1995 M, semoga dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk kita dan masyarakat di kawasan Kerinci, karena kita "tinggal"  di atas jalur sesar yang rawan gempa.

Dan ini mengharuskan kita untuk selalu waspada menghadapi prakiraan bencana yang mungkin saja akan terjadi lagi.  

Kita tidak dapat memprediksi waktu atau kapan terjadinya, kita hanya bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya agar dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir sebanyak mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun