Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa yang Sebenarnya Dicari Arkeolog?

30 November 2017   09:18 Diperbarui: 4 Desember 2017   13:09 5469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Arkeolog sedang Melakukan ekskavasi (Kompas)

Kata "arkeolog" atau "arkeologi" mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, bagi yang hobi nonton mungkin akan mengaitkan sosok arkeolog seperti sosok Indiana Jones, yang muncul di film-film Hollywood. Jikalau sudah demikian, maka imej yang melekat pada arkeolog adalah seorang petualang yang mencari peninggalan harta karun.

Imej pencari harta karun bagi arkeolog seperti yang diciptakan di film Indiana Jones tidaklah salah, karena memang awal munculnya ilmu arkeologi berawal dari hobi kalangan elit dan bangsawan Eropa mencari, mengumpulkan dan mengkoleksi barang-barang kuno. Tetapi kemudian mereka tertarik untuk mempelajari barang-barang kuno tersebut untuk mengetahui peradaban dan sejarah manusia di masa lalu. Lama-kelamaan "pelajaran tentang barang-barang kuno" tersebut menjadi sebuah ilmu yang disebut arkeologi (Archaeology).

Film Indiana Jones, berkisah tentang petualanhan seorang Arkeolog (inverst.com)
Film Indiana Jones, berkisah tentang petualanhan seorang Arkeolog (inverst.com)
Kata Arkeologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni Archeos yang berarti "kuno/purba" dan logos yang berarti "ilmu" sehingga secara harfiah, arkeologi diartikan sebagai ilmu tentang peninggalan-peninggalan kuno. Sedangkan Arkeolog merujuk pada orang/ahli yang mempelajari bidang keilmuan tersebut. 

Ketika menjadi sebuah "ilmu", maka orientasi arkeologi telah berubah. Ia tidak lagi hanya sekadar hobi melainkan sebuah proses pembelajaran untuk merekonstruksi dan memahami kebudayaan manusia di masa lampau dari tinggalan-tinggalan benda-benda kuno tersebut. Namun, untuk merekonstruksi kebudayaan manusia di masa lampau, data yang diperlukan tidaklah cukup dari benda-benda kuno--dalam arkeologi disebut artefak-- itu saja. 

Di sinilah letak kekeliruan imej yang diciptakan di Film Indiana Jones itu, Arkeolog bukanlah orang yang mencari  harta karun kuno seperti emas, berlian dan lain sebagainya, tetapi hal-hal apa saja yang bisa mengungkapkan kehidupan manusia di masa lampau. Misalnya, sisa rangka manusia, sisa tulang hewan yang menjadi makanan manusia, pecahan gerabah, pollen (sedimen serbuk sari tumbuhan  yang ditemukan di situs), arang, bahkan sisa-sisa kotoran manusia. Semua data-data tersebut bahkan lebih berharga dari temuan emas, berlian, arca dll, kenapa bisa demikian?

Hal ini bermula dari kesadaran arkeolog bahwa manusia tidak bisa dilepaskan dari konteks lingkungannya. Sebuah benda kuno yang telah dijarah dari tempat asalnya (telah dilepaskan dari konteks lingkungannya), dan disimpan di museum tidak dapat "berbicara banyak" tentang manusia yang berada di balik pembuatan si benda kuno tersebut. Hal ini pulalah, yang menyebabkan lahirnya sebuah metode pengumpulan data yang khas dalam arkeologi yakni ekskavasi. Melalui ekskavasi diharapkan data-data arkeologi dapat terkumpul dengan sempurna dan lengkap baik itu data benda-bendanya maupun data lingkungannya. 

Dalam arkeologi, dikenal tiga jenis data yaitu data artefak (si benda-benda kuno), data ekofak yaitu sisa-sisa tulang hewan, manusia maupun sisa-sisa tumbuhan, dan data fitur yaitu  hasil kegiatan manusia yang dilingkungannya yang belum berubah seperti bekas galian, dan sisa parit dan lain sebagainya.

Dalam dunia arkeologi, temuan arang bisa jadi lebih berharga dari temuan emas, mengapa demikian? Temuan emas mungkin hanya mampu mengungkap tentang fungsinya di masa lalu, digunakan untuk apa emas itu,tetapi tidak dapat mengungkapkan berapa usianya. Temuan arang yang berada di lapisan tanah yang sama dengan lapisan tanah temuan emas mampu mengungkapkan usia dari emas itu sendiri. Secara ekonomis dan estetis, temuan emas kuno mungkin tak ternilai harganya, tetapi secara akademis, temuan arang jauh sangat berguna untuk mengungkap usia dari temuan benda-benda kuno maupun usia situs arkeologi sendiri.

Temuan arang kayu dari sisa bangunan di Situs Liyangan (kemdikbud)
Temuan arang kayu dari sisa bangunan di Situs Liyangan (kemdikbud)
Orang mungkin bertanya-tanya dan berpikir? apa sih sumbangsih dunia arkeologi buat masa sekarang,  dan apa gunanya mengungkapan kehidupan manusia di masa lampau, bukankah sebuah pekerjaan yang tidak berguna? Tentu saja sumbangan arkeologi tidak bisa dilihat secara nyata, karena kerja arkeologi adalah "kerja di balik layar", sekarang ini identitas dan jati diri-dua konsep yang abstrak-- sangat penting bagi kehidupan bangsa untuk memperkokoh kesatuan dan menguatkan nasionalisme, bagaimana kita akan tahu sejarah peradaban nenek moyang sebagai jati diri bangsa kita tanpa ilmu arkeologi, selain itu, wisata tinggalan-tinggalan kuno yang telah direkonstruksi dan dilestarikan oleh arkeolog, turut menyumbang bagi peningkatan pendapatan negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun