Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berburu Promo Ramadan Atau Menetap dalam Kemiskinan?

21 Maret 2024   04:36 Diperbarui: 21 Maret 2024   04:41 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 

9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 
9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 

Kita semua tahu bertambah hari Ramadan selalu berkorelasi dengan bertambah sampah di mana-mana, terutama sampah sisa makanan kebiasaan membeli berlebihan setelah berbuka. Meski, semua sampah bisa diproses dengan baik sumber ekonomi, tetapi kita juga tahu untuk sekarang masih belum sampai sana.

Di samping itu, pada masa Ramadan seiring dengan konsumerisme berlebihan tanpa disadari kita selalu menghabiskan bahan baku elektronik, juga air jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan biasa. Terlebih, konsumsi bahan bakar mengingat selalu sudah 'gigi lima' roda ekonomi pada masa puasa, meski tak semua lini pasti.

Lebih jauh lagi, industri kreatif atau makanan cepat saji bisa dikatakan paling menderita di tengah puasa, terutama usaha tanpa akses digital. Memang boleh jadi penghasilan netflix akan melonjak, tetapi bagaimana dengan reog atau wayang di daerah. Selain itu, untuk makanan cepat saji tak bisa dibantah jauh lebih susah, karena warga lebih memilih makanan rumahan atau minimal makanan lebih sehat untuk dikonsumsi di bulan ini.

Dampak sosial

Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental (kompas.com) 
Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental (kompas.com) 

Salah satu masalah sosial tergila dengan promo Ramadan hari ini, semua orang berlomba untuk mendapatkan penawaran termurah, lalu akan berbangga dengan bagaimana cerdas mereka dalam mencari atau bernegosiasi barang dalam pasar. Ini bukan cuma tak sehat untuk penjual, tetapi juga pembeli di sini.


Bagaimana seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk selisih harga 5 ribu, betulan gila.

Meski demikian, pasti tidak semua orang mendapatkan penawaran promo terbaik yang mereka harapkan, tetapi masih terus mengulik, hingga di akhir cuma stres yang didapat, terutama barang dari lapangan, tidak ada alternatif untuk mereka yang kehabisan. Sedangkan, gengsi dalam diri pasti meninggi di momen ini, entah gengsi tidak dapat atau gengsi bayar lebih mahal.

Lebih jauh lagi, kegilaan konsumerisme dalam Ramadan ini juga tak jarang menimbulkan sebagian masyarakat terjerat dalam hutang. Sudah gagal mendapatkan penawaran terbaik, terjerat hutang pula. Ini tak bisa dibantah realitas nyata masyarakat dalam menetap di jurang kemiskinan. 

Tentu, sangat disayangkan mengingat Ramadan tak bisa dibantah bulan berkah, di mana bisa dibilang fokus utama semua manusia adalah ibadah. Bagaimana bisa hal esensial sederhana dilupa, cuma karena promo-promo sementara di dunia. 

Setelah semuanya, kami sadar cuma sebagian kecil dari warga, tak akan pernah bisa memberikan solusi untuk masalah, di sini melalui tulisan ini cuma tertumpah harapan agar semua pemangku kebijakan lebih bisa menyelesaikan semua masalah, terutama berkaitan dengan promo menggila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun