Mohon tunggu...
Hafid Rofi Pradana
Hafid Rofi Pradana Mohon Tunggu... Penulis - Transportation and Colonial Historian

History and Tech Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisahku Dimulai dari Sini (1)

24 Oktober 2023   19:41 Diperbarui: 24 Oktober 2023   19:59 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Batavia karya Jacob Keyser tahun 1739 (Digital Collections Leiden University)

Di bagian lain tempat ini, ada daerah rawa rawa yang sering ditemukan buaya. Saat ini kami melewati rumah lampu tua, yang jelek dari struktur kayu, ini sebagai penanda batas kanal selain menjadi tempat penjagaan.

Sebuah mercusuar baru sedang dalam proses pendirian, sekitar satu mil lebih jauh sedikit di luar. Ini sekarang kami melewati baterai atau benteng kecil dengan penampilan yang biasa.

Untuk mengikuti rasa ingin tahu beberapa sapuan dayung mengayuh lebih kuat, dan sampailah kami di dermaga Kepabeanan. Bangunan berfasad dengan pilar-pilar bulat. Meskipun sangat sederhana dalam karakter arsitekturnya, namun saya tertarik oleh kesibukan pelabuhan yang padat oleh perahu-perahu tertambat di depannya.

Di darat, koper kami langsung diletakkan di bawah pengawasan seorang petugas. Dia bertanya beberap hal dan kami memberi jawaban atas pertanyaannya. Kemudian melakukan pemeriksaan sepintas. selanjutnya sangat sopan memberi tahu kami untuk melanjutkan perjalanan.

Memasuki kereta kuda, seorang teman menyambut kami di tanah Jawa ini. Kami melanjutkan perjalanan cepat, melewati sejumlah gedung pemerintahan, gudang-gudang di bagian kanan, dengan tanaman rumput di bagian depan masing-masing bangunan.

Tidak lama kami melawati pintu gerbang, kami meninggalkan apa yang disebut kota, atau pusat bisnis. Area yang menempati seperempat dari Batavia. Berikutnya kami melihat rumah-rumah dengan gaya yang berbeda, ditandai ukurannya yang lebih kecil. Mereka dibangun rumah dari warna merah batu bata, dan dihiasi dengan ornamen kemerahan di atas dan di sisi jendela.


Perumahan orang keturunan Cina di Glodok, 1915 (Digital Collections Leiden University)
Perumahan orang keturunan Cina di Glodok, 1915 (Digital Collections Leiden University)

Kali Basae (Kali Besar)

Sebuah rumah sangat kuno yang sebelumnya ditempati oleh keluarga Portugis dan Belanda saya terhenti. rumah ini sungguh besar namun keluarga Portugis dan Belanda itu eningalkan rumah yang tampak mewah ini akibat situasi lingkungan yang sangat tidak sehat akibat penyakit yang timbul dari sungai dan rawa.

Mereka memilih pindah ke kawasan yang lebih sehat yaitu Weltreveden, Parapattan, Cornelius. Empat mil lebih jauh ke pedalaman. Sekarang, rumah lama itu banyak dihuni untuk tempat produktif, namun beberapa masih ditinggali rumah tangga.

Kali Basar, atau Sungai Besar, melewati kota, dipagari beberapa kantor yang bagus di satu sisi, dan bangunan asli lainnya di sisi lain. Kali Besar kemudian mengalir diantaranya melalui kanal Walled menuju pelabuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun