Erin ingin memberikan buku untuk anak-anak 2003 tetapi pihak sekolah tak mau mendukungnya. Akhirnya air bekerja sambilan di departemen store dan resepsionis di hotel hanya untuk membelikan buku bagi siswanya.
Tindakan Erin yang bekerja di tiga tempat sekaligus tentu ditentang oleh suaminya. Namun Erin berusaha meyakinkan suaminya jika ini hanyalah sementara.
Perjuangan Erin untuk para siswanya tak sampai disitu dia melobihi dinas pendidikan untuk mendapat dukungan dan meminta untuk memfasilitasi siswanya. Namun pihak Dinas Pendidikan menolak karena mereka tak bisa campuri urusan internal sekolah.
Erin juga mengatakan jika dia ingin mengadakan study tour tapi lagi-lagi hal itu ditolak karena tidak sesuai dengan perencanaan anggaran sekolah. Sampai akhirnya air mengatakan jika dia hanya butuh dukungan agar niatnya terlaksana.
Liburan akhir semester pun tiba Erin mengajak para siswa ke museum korban perang. Di sana mereka dapat melihat berbagai kisah anak-anak korban perang serta menyaksikan film dokumenter tentang Holocaust.
Pengalaman itu membuka mata serta mengubah paradigma mereka bahwa kebencian dan kekerasan hanya akan membawa kematian dan juga kesengsaraan.
Selepas dari museum Erin mengajak makan malam di hotel tempat Erin bekerja. Sambil menikmati hidangan para siswa mendengarkan cerita secara langsung dari para korban Holocaust yang masih hidup.
Pengalaman pada hari itu merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi siswa 2003 serta berhasil mengubah mereka menjadi saling menghargai satu sama lain.
Untuk merayakan hal tersebut Erin membuat pesta di dalam kelas dengan tema bersulang bersama untuk perubahan. Para siswa bicara dengan lantang jika mereka telah berubah dan telah meninggalkan masa kelamnya di masa lalu.