Saya pun ketika mengambil seragam di sekolah anak, sempat mendapatkan brosur menerima jasa penjahit dengan iming-iming 'cepat jadi'. Tapi entah kenapa saya tidak tertarik. Dalam benak saya, kalau jahit seragam, ya harus ke pasutri penjahit ini.
"Ini saya baru bisa jahit seragam anak sampean tanggal 28 Juli mas. Kalau tanggal itu sudah rada longgar," beber Mas Sirot, menunjukkan betapa sibuknya dirinya.Â
Mas Siroj lantas bercerita, beberapa pelanggannya bahkan sudah inden alias memesan duluan untuk dijahit, bahkan ketika seragam sekolah belum mereka terima.
Ternyata, pelanggan yang pre-order jahitan lewat inden ini lumayan banyak. Karenanya, saya sampai tidak kebagian antrean.
"Harusnya Sampean (Anda) dulu juga inden Mas. Nggak apa-apa. Setelah kain seragamnya ada, sampean bawa ke sini," ujarnya.Â
Pantauan di lokasi tempat kerja pasutri penjahit ini, memang masih ada bertumpuk-tumpuk kain seragam sekolah yang belum dijahit. Ada belasan setel kain seragam.
Beberapa seragam ada yang sudah jadi. Sudah dikemas. Sudah ditata rapi. Tinggal diambil pemesannya.
Saya lantas penasaran bertanya, bagaimana ritme kerja pasutri ini menyelesaikan orderan jahitan yang bertumpuk begitu.
"Kalau saya, sehari maksimal saya batasi empat seragam. Di atas itu sudah nggak kuat," ujar Mas Sirot.
Saya menangkap maksud empat seragam itu mungkin dari mulai mengerjakan polanya, memotong kain, hingga menjahitnya. Bukan sehari bisa jadi empat seragam.
Karena setahu saya, pasutri ini dalam mengerjakan jahitan, memang tidak mengedepankan 'cepat-cepat jadi'. Terpenting bagi mereka, pelanggan puas karena hasilnya maksimal.