Akhir pekan kemarin, Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBS) melalui Wakil Ketua Umum PP PBSI Taufik Hidayat menyampaikan pengumuman penting perihal pemusatan latihan nasional (Pelatnas) PBSI Â 2025.
Bertempat di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta (20/12), Taufik Hidayat mengumumkan 20 nama pelatih teknik pelatnas PBSI dari lima nomor untuk pelatnas utama dan pratama.
Setelah mengumumkan 20 nama pelatih teknik, PP PBSI juga memanggil 81 nama untuk masuk ke dalam pelatnas PBSI 2025 tahap pertama.Â
Adapun 81 nama atlet tersebut terdiri dari atlet bulutangkis yang sekarang sudah masuk pelatnas maupun atlet dalam pemantauan khusus sepanjang tahun 2024 dan prestasinya cukup menjanjikan.
Sorotan BL dan pro kontra Warganet
Pengumuman pelatih ini mendapatkan sorotan dari badminton lovers (BL) dan juga warganet. Terjadi pro dan kontra.Â
Itu terbaca dari ramainya komentar warganet yang menuliskan uneg-unegnya di kolom komentar akun instagram resmi PBSI @badminton.ina yang menginformasikan kabar tersebut. Termasuk juga di beberapa akun lainnya yang rutin mengabarkan kabar update bulutangkis.
Salah satu yang menjadi sorotan dari warganet adalah beberapa nama pelatih, utamanya tiga pelatih yang memiliki peran besar saat tim Indonesia menjuarai Piala Thomas 2022, yaitu Herry Iman Pierngadi (Herry IP), Aryono Miranat, dan Irwansyah.
Ketiganya sudah tidak lagi melatih di Cipayung. Plus, beberapa pelatih pada kepengurusan PP PBSI 2020-2024 juga tidak dipanggil untuk melatih pada kepengurusan PP PBSI 2024-2028.
Para BL yang setia mengawal perkembangan bulutangkis tanah air ini menilai, sosok Herry IP, Aryono, dan Irwansyah merupakan pelatih bagus dan terbukti bisa mengeluarkan potensi pemain.Â
Khusus Herry IP, setelah lama menukangi ganda putra, dia dirotasi melatih sektor ganda campuran yang tengah terpuruk. Hasilnya tidak buruk. Ada satu pasangan ganda campuran Indonesia lolos ke Olimpiade 2024, yakni Rinov Rivaldy dan Pitha Haningtyas Mentari. Pun, pelatih yang dijuluki Coach Naga Api ini membawa beberapa pasangan pratama menjadi juara di tahun 2024.Â
Seolah merespons pro dan kontra, pada kesempatan tersebut, Taufik Hidayat menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pelatih pada periode kepengurusan sebelumnya, atas kontribusinya bagi bulu tangkis Indonesia.
"Saya mewakili PBSI sebagai Waketum I, mungkin setelah ini kita nggak akan begitu saja. Saya berencana juga memanggil pelatih-pelatih yang lama, memberikan apresiasi, ucapan, dan ngobrol," kata Taufik dikutip dari djarumbadminton.com.
"Sekali lagi, untuk pelatih fisik, pelatih teknik, yang sudah memang nggak bisa bersama-sama lagi dengan PBSI, saya ucapkan terima kasih banyak atas kontribusinya selama ini," imbuh Taufik.
Sorotan lain dari warganet adalah soal pengumuman pemain.Â
Silahkan membuka beberapa akun Instagram yang rutin memberitakan bulutangkis ataupun media arus utama, maka sampean (Anda) akan menemukan nama Christian Adinata yang tengah ramai diperbincangkan.Â
Nata--panggilannya, tidak masuk di skuad Pelatnas PBSI 2025. Sayangnya, Nata yang merupakan juara SEA Games 2023 ini terdegradasi di saat pemulihan cedera.Â
Beberapa warganet berempati dengan Christian Adinata karena keputusan itu. Mereka  mendoakannya untuk bangkit dan membuktikan bahwa dirinya masih bisa berprestasi meski di luar pelatnas.
Harapan untuk TH
Namun, ada pula beberapa komentar warganet yang pro dengan kepengurusan PBSI yang sekarangÂ
Utamanya dengan masuknya legenda bulutangkis Indonesia, Taufik Hidayat (TH) ke organisasi yang mengurusi bulutangkis Indonesia (PBSI).
Kehadiran Taufik Hidayat dinilai sebagai right man on the right job bagi bulutangkis Indonesia.
Dengan pengalaman dan visinya, TH diharapkan bisa membawa bulutangkis Indonesia semakin berprestasi lebih baik di tahun-tahun mendatang.
Selain itu, keputusan PBSI memanggil Dejan Ferdinansyah ke pelatnas, juga mendapatkan respons bagus.Â
Bagi yang belum tahu Dejan Ferdinansyah, dia adalah pemain ganda campuran yang selama ini berpasangan dengan Gloria Widjaja dan bermain sebagai pasangan non pelatnas dari PB Djarum. Â Usianya masih muda, 24 tahun.
Pencapaian Dejan/Gloria di tahun ini cukup bagus. Mereka lolos ke BWF World Tour Finals 2024 dan bahkan ranking mereka bisa tembus 10 besar dunia.Â
Kini, Dejan berpisah dengan Gloria karena hanya Dejan yang dipanggil. Sementara Gloria yang lebih senior, dulunya pernah menguni Pelatnas Cipayung.
Di Pelatnas, Dejan akan dipasangkan dengan Siti Fadia Silva, pemain ganda putri yang dulunya mengawali karier di ganda campuran bersama Rehan Naufal Kusharjanto, putra legenda ganda campuran Indonesia, Tri Kusharjanto. Â
Kedepankan baik sangka dan doakan yang terbaik
Tapi, bagaimanapun, dalam pengumuman pelatih dan pemain yang melibatkan banyak nama seperti di pelatnas PBSI, rasanya mustahil bila tidak ada perdebatan. Dengan kata lain, pro dan kontra itu wajar terjadi.
Sebab, PP PBSI tentunya tidak akan bisa menyenangkan semua orang dengan pengumuman tersebut. Ada yang kecewa dan sedih. Utamanya warganet yang tentu saja memiliki referensi dan selera masing-masing.
Mengutip sebuah kata bijak, kita tidak akan bisa menyenangkan semua orang, bila ingin menyenangkan semua orang, maka jadilah penjual es krim yang dagangannya disukai banyak orang. Tapi ini cerita yang berbeda.
Sebenarnya, mengapa terjadi pro dan kontra di kalangan warganet?
Ada banyak jawaban. Soal humanisme. Soal keberpihakan. Hingga kedekatan emosional dari warganet.Â
Tapi, salah satunya bisa karena dipicu pemikiran yang dibumbui kecemasan dan kekhawatiran.
Bisa jadi, mereka khawatir, keputusan melepas coach Herry IP, coach Aryono, dan coach Irwansyah, prestasi bulutangkis Indonesia ke depannya bakal suram.Â
Bila sudah begitu, maka pemikiran terbaik yang patut dimunculkan adalah berbaik sangka. Berpikir kritis demi perbaikan boleh, tetapi tetap dalam koridor yang tepat demi kemajuan bulutangkis Indonesia.
Kita berbaik sangka bahwa keputusan pengurus PBSI dalam memilih nama-nama pelatih dan pemain, sudah melalui pertimbangan yang matang. Sudah menghitung detail minusnya.Â
Semisal dengan masuknya pelatih Mulyo Handoyo sebagai pelatih kepala dan pelatih tunggal putra, kita berbaik sangka semoga pelatih senior ini bisa mencetak Taufik Hidayat baru di masa kini seperti yang dilakukannya dulu.Â
Termasuk dengan perombakan yang dilakukan PBSI di sektor ganda campuran dengan masuknya Dejan Ferdinansyah serta Rinov Rivaldy berganti pasangan dengan Lisa Ayu Kusumawati. Â
Kita cukup berujar, "mari kita lihat kinerja para pelatih dan pemain di tahun 2025 nanti".
Sepatutnya, kita  memberikan mereka kesempatan dulu kepada mereka untuk membuktikan kemampuan dan kapasitas mereka. Tentunya dengan harapan baik, mereka bisa membawa bulutangkis Indonesia menjadi lebih baik di tahun 2025.
Sebab, menurut saya, persaingan bulutangkis era sekarang jauh lebih berat.Â
Indonesia berbenah, negara lain pun melakukan upaya serupa. Apalagi bila tidak berbenah, otomatis akan semakin tertinggal. Faktanya, Indonesia tertinggal dalam event-event besar di tahun 2024 lalu. Contoh nyata, tradisi meraih medali emas di Olimpiade, gagal berlanjut di 2024 ini.
Saya ingin menutup tulisan ini dengan pernyataan Taufik Hidayat. Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini menggunakan frasa "satu perahu" dalam menekankan pentingnya kerja sama antara pelatih, asisten pelatih, dan tim pendukung, untuk mencapai prestasi terbaik bagi bulu tangkis Indonesia.
"Ke depannya harus 'satu perahu'. kalau nggak ya buat apa? Karena di bulu tangkis ini, di olahraga ini kita harus kerja tim".
Semoga harapan besar untuk bulutangkis Indonesia di 2025 akan bisa terwujud. Bahwa, yang ramai adalah prestasi di lapangan, bukan drama yang jadi sorotan warganet. Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI