Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Messi Frustrasi dan PSG yang Tidak Tampil Sedahsyat Perkiraan Kita

16 September 2021   08:55 Diperbarui: 16 September 2021   12:21 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trio Neymar, Mbappe, Messi tampil biasa saat PSG bermain 1-1 dengan Club Brugge di Liga Champions, Kamis (16/9) dini hari./AFP/KENZO TRIBOUILLARD


Klub asal Belgia, Club Brugge, mendadak jadi sorotan jelang bergulirnya matchday I penyisihan grup Liga Champions, Kamis (16/9) dini hari tadi.

Club Brugge disorot bukan karena mereka baru tampil di Liga Champions seperti halnya klub Sheriff Tiraspol asal Moldova di musim 2021/22 ini.

Dalam hal penampilan di Liga Champions, Club Brugge hampir setiap tahun tampil di kompetisi elit Eropa itu karena cukup sering menjadi juara Liga Belgia.

Klub yang berusia 129 tahun ini disorot karena akan menghadapi tim bertabur bintang asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).

Mereka akan menjadi tim pertama di Eropa yang menjajal trisula mematikan milik PSG, Kylian Mbappe-Neymar-Lionel Messi yang selama ini digebor-gemborkan media.

PSG sempat diprediksi menang besar, nyatanya...

Perihal kemungkinan turunnya Mbappe, Neymar, Messi untuk kali pertama, beberapa akun Instagram yang rutin mengabarkan kabar dari lapangan, memberikan prediksi skor sehari jelang pertandingan.

PSG diprediksi bakal menang besar empat gol tanpa balas, 4-0. Jan Breydel Stadium, markas Club Brugge dianggap hanya akan menjadi 'taman bermain' bagi PSG.

Situasi bertambah 'mengerikan' bagi Club Brugge ketika fan mereka yang hadir di stadion, seperti sudah pasrah.

Akun Instagram ESPNFC memposting foto seorang fan klub Belgia itu memajang potongan karton bertuliskan "Messi Have Mercy" ketika Messi dkk sedang mencoba lapangan sebelum laga.

Fan Club Brugge seolah merasa klubnya tidak punya peluang untuk sekadar mendapatkan poin di rumahnya sendiri. Mereka mungkin datang hanya demi menyaksikan trio Mbappe-Neymar-Messi. Sembari meminta Messi memberi sedikit belas kasih.

Bukan tanpa alasan. Mereka jelas masih ingat kejadian di Liga Champions 2019/2020. Dua musim lalu, Club Brugge juga satu grup dengan PSG di Grup A.

Dan, ketika Club Brugge menjamu PSG di matchday III, mereka kalah telak 0-5. Mbappe mencetak hat-trick dan dua gol PSG lainnya dicetak oleh Mauro Icardi.

Lantas, mereka mungkin melakukan hitung-hitungan di atas kertas dengan logika sederhana. Ketika PSG belum ada Messi saja, Club Brugge kalah 0-5. Apa jadinya bila pemain terbaik dunia enam kali itu ikut bermain?

Namun, sepak bola bukan seperti matematika yang pasti ketika 3x3 = 9. Sepak bola tidak bisa diperlakukan seperti hitung-hitungan di atas kertas. Ada unsur di sepak bola yang tidak bisa diprediksi. Unsur bernama kejutan.

Dan, kejutan itulah yang terjadi dini hari tadi. Kala, Club Brugge menahan imbang PSG 1-1.

Memang, Pelatih PSG, Mauricio Pochetttino langsung memainkan trio Neymar-Mbappe-Messi sebagai starter. Tiga gelandang diisi Lucas Paredes, Giorginio Wijnaldum, dan Ander Herrera.

Di belakang ada kwartet, Marquinhos dan Presnel Kimpembe sebagai bek tengah dan Abdou Diallo juga Achraf Hakimi sebagai bek sayap. Gawang PSG dijaga Keylor Navas.

Messi tidak tampil dalam levelnya, dikartu kuning karena frustrasi

Yang terjadi, PSG ternyata tidak bermain se-dahsyat bayangan banyak orang. Memang, PSG unggul lebih dulu lewat gol Ander Herrera di menit ke-15 usai meneruskan umpan Mbappe.

Namun, di menit ke-27 Club Brugge menyamakan skor lewat gol Hans Vanaken. Menariknya, skema gol Brugge itu nyaris sama dengan gol PSG.

Dua menit kemudian, Messi nyaris mencetak gol. Tendangan Messi menghantam mistar sebelah kanan gawang Club Brugge. Skor 1-1 bertahan hingga akhir babak pertama.

Di babak kedua, PSG harus kehilangan Mbappe yang mengalami cedera di menit ke-51. Dia ditarik keluar dan digantikan penyerang asa Argentina, Mauro Icardi.

Dengan memasukkan Icardi, Pochettino yang juga orang Argentina, mungkin berharap ada ulangan dua gol darinya seperti dua musim lalu. Namun, Icardi tidak berdampak besar.

Messi juga tampak kesulitan bermain seperti saat dirinya berkostum Barcelona. Beberapa kali dia mencoba men-dribble bola melewat bek-bek Club Brugge, tapi lebih sering gagal.

Hanya satu momen di menit ke-70, ketika Messi mencoba melewati kepungan tiga bek Club Brugge lantas melepas shoot tapi bola bisa diamankan kiper Brugge.

Di menit ke-72, Messi bahkan dikartu kuning akibat pelanggaran tidak perlu di tengah lapangan dalam situasi tidak membahayakan gawang PSG. Boleh jadi, itu bentuk rasa frustrasinya karena tidak bisa bermain sesuai levelnya selama ini.

Media Inggris, BBC membuat judul berita "Lionel Messi kept quiet onfirst start" untuk menggambarkan debut minimalis Messi di Liga Champions bersama PSG itu.

Kolaborasi Messi dengan Neymar yang dibayangkan bakal dahsyat seperti saat mereka bermain bersama di Barcelona dulu, ternyata tidak nampak. Neymar malah seperti menghilang sepanjang pertandingan. Tidak ada aksi-aksi ajaibnya seperti musim lalu.

Dan memang, PSG bermain biasa saja di pertandingan itu. Bahkan, mereka lebih banyak tertekan. Keylor Navas sibuk mengamankan gawangnya.

Faktanya, Club Brugge unggul dalam shots (16 kali) dengan 7 di antaranya on target. Bandingkan dengan PSG yang hanya punya 9 shots dengan empat di antaranya on target.

Berikutnya, PSG menghadapi Manchester City

Hasil imbang di Brugge memang membuat PSG belum terkalahkan ketika bermain melawan tim asal Belgia. Dari 7 penampilan, PS menang lima kali dan imbang dua kali.

Namun, hasil imbang itu memperpanjang catatan PSG sulit menang di laga awal Liga Champions dalam empat musim terakhir. Mereka hanya menang sekali di musim 2019/20 saat menang 3-0 atas Real Madrid.

Dan, tentu saja, suara sumbang kembali mengarah pada sang pelatih, Pochettino.

Orang mulai membandingkan ketika PSG masih dilatih Thomas Tuchel yang kini melatih Chelsea. Maklum, di era kepelatihan Tuchel, PSG tampil hebat di Liga Champions dan bisa tembus ke final edisi 2019/20 untuk kali pertama.

Kini, beban Pochettino bakal bertambah berat. Apalagi, PSG bakal menghadapi lawan berat, Manchester City di mathcday kedua. PSG akan menjamu City di Paris pada 28 September mendatang.

Dini hari tadi, ketika PSG bermain imbang dengan Club Brugge, Manchester City menang besar 6-3 atas tim Jerman, RB Leipzig. City pun kini memimpin klasemen Grup A.

Andai PSG kembali tampil biasa an gagal menang saat melawan City, posisi Pochettino bisa dalam bahaya. Sebab, dengan mendatangkan Messi, target bos PSG jelas, memenangi Liga Champions musim ini. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun