Sebab, untuk bisa tampil di Olimpiade tentu tidak sembarangan. Sang pemain harus meraih hasil bagus di rangkaian turnamen BWF World Tour yang menjadi kualifikasi menuju Olimpiade.
Ya, bila ingin lolos ke Olimpiade 2024 mendatang, Ginting harus konsisten meraih hasil bagus di BWF World Tour di tahun-tahun mendatang.
Kedua, Ginting perlu menjadikan Olimpiade 2020 ini sebagai pelajaran penting bagi perbaikan penampilannya. Bahwa, tampil di Olimpiade  bukan sekadar bermodal teknik dan head to head. Bekal mental juga harus disiapkan.
Kekalahan dari Chen Long di semifinal memberinya pelajaran berharga. Bahwa, meski dirinya lebih sering menang dalam pertemuan sebelumnya, ternyata tidak menjamin dia bisa kembali menang.
Ginting bisa berkaca dari penampilan Chen Long tentang pentingnya bermain rapi. Dalam artian, rapi dalam merancang serangan dan tidak melakukan banyak kesalahan sendiri. Plus, menyiapkan senjata mematikan untuk mendapatkan poin.
Pelajaran itu yang harus diserap olehnya. Sebab, pemain-pemain tunggal putra top lainnya seperti Axelsen, Kento Momota, Chou Tien-chen, Lee Zii-jia, dan Anders Antonsen pastinya juga terus berkembang.
Andai semua pelajaran dari Olimpiade 2020 itu mampu diserap Ginting lantas permainannya semakin oke di tahun-tahun mendatang, meraih medali emas Olimpiade 2024 bukan sekadar mitos.
Ah, jadi penasaran menunggu bulutangkis Olimpiade 2024. Penasaran menunggu apakah mitos tunggal putra peraih medali perunggu bakal meraih medali emas di Olimpiade berikutnya itu bakal berlanjut. Salam.