Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

"Heart Attack" saat Main Bulutangkis, Ini Kronologis Meninggalnya Markis Kido

15 Juni 2021   06:26 Diperbarui: 15 Juni 2021   10:10 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahlawan bulutangkis Indonesia, Markis Kido meninggal dunia ketika bermain bulutangkis di Tangerang, tadi malam/Foto: badmintonindonesia.org


Kabar duka menyelimuti bulutangkis Indonesia di masa persiapan jelang tampil di Olimpiade bulan depan. Tadi malam, bulutangkis Indonesia kehilangan salah satu legenda terbaik.

Markis Kido yang semasa bermain meraih banyak gelar membanggakan untuk Indonesia, meninggal dunia di usia 36 tahun. Kido meninggalkan seorang istri, Richasari Pawestri, dan dua orang putri.

Kabar awal meninggalnya Kido itu diunggah oleh mantan pebulutangkis, Yuni Kartika, di akun Instagramnya.

Mbak Yuni menulis: "breaking news !! telah meninggal dunia salah satu pebulutangkis terbaik tanah air "Markis Kido. Semoga amal ibadahnya diterima Tuhan YME. Amin. Selamat jalan Markis Kido".

Postingan mengejutkan Mbak Yuni itu direspons dengan banyaknya ungkapan duka cita. Sejumlah akun Instagram yang selama ini rutin mengabarkan kabar bulutangkis lantas ikut menyampaikan kabar duka itu.

Termasuk mantan rekan Kido, Hendra Setiawan. Di akun Instagramnya, Hendra menyampaikan duka cita mendalam untuk Kido yang disebutnya partner terbaiknya dalam suka maupun duka. 

"Dia salah satu pemain yang luar biasa dan sangat bertalenta. Terima kasih sudah berpartner mulai dari nol dan berjuang bersama selama 14 tahun. Terima kasih Kido dan selamat jalan".

Semasa bermain bersama, pasangan Kido dan Hendra memang luar biasa. Mereka meraih semua gelar bergengsi. Juara Asian Games, juara Dunia, dan juara alias meraih medali emas Olimpiade.

Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) juga ikut menyampaikan kabar duka tersebut. Lantas, pengumuman duka itu diikuti ucapan duka cita dari pemain-pemain badminton di penjuru dunia.

"Sad news coming in: Markis Kido, former olympic gold medallist and world champion, passed away today due to a heart attack. He will be missed".

Kronologis meninggalnya Markis Kido

Dilansir dari badmintonindonesia.org, Markis Kido yang akrab disapa Uda, berpulang saat sedang bermain bulutangkis di GOR Petrolin, Alam Sutera, Tangerang.

Selama ini, Kido memang setiap hari Senin malam rutin bermain bulutangkis dengan sebuah tim di sana.

Candra Wijaya, mantan pemain pelatnas yang hadir di lapangan tersebut, menggambarkan momen terakhirnya dengan Kido di akun Instagramnya.

Candra yang duduk di pinggir lapangan, mengaku melihat Kido terjatuh. Menurutnya, Kido tiba-tiba terjatuh dan tidak sadarkan diri saat baru bermain setengah gim. Saat itu sekitar jam 18.30 WIB.

"Score ketika itu masih 15-8 (game 30) atau baru saja pindah lapangan, tidak ada tanda-tanda aneh atau hal mencurigakan dari gerak-gerik Kido saat itu. Namun tak lama kemudian saya terkejut, panik dan segera lari masuk ke lapangan karena melihat Kido sudah dalam posisi aneh telungkup ke depan," tulis Candra.

Melihat kondisi itu, Candra dan teman-temannya segera melakukan tindakan dan menolong sebisa mungkin. Tidak berpikir panjang, beberapa menit kemudian, mereka langsung membawa Kido ke rumah sakit terdekat.

Menurutnya, Markis Kido tak sadar diri tetapi masih bernafas ketika dimasukan ke dalam mobil. Namun, tak lama setelah masuk ke IGD, Candra mendapat kabar Kido sudah meninggal.

Karenanya, dia merasa sedih dan sangat terpukul karena usahanya dan teman-temannya untuk menolong Kido tidak berhasil.

"Gw sudah berusaha sebisnya tapi mungkin ini sudah kehendak atau jalan Nya yang terbaik buat elu. Selamat jalan Do, elu adalah Patriot Olahraga, meninggal di lapangan itu adalah sebuah kehormatan".

"Kita semua merasa kehilangan, pergilah dalam damai.Untuk keluarga yang ditinggalkan, kami turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga diberi kekuatan dan ketabahan," pungkas Candra Wijaya.

Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Ibunda Kido, Zul Asteria menyebut awalnya mengira Kido stroke. Menurutnya, putranya itu memang punya darah tinggi. Dia menduga Kido terjatuh dan pembuluh darahnya pecah.

"Dia sepertinya memang maunya (hidup dan matinya) di lapangan kali ya. Tadi saya berdoa semoga masih bisa selamat. Ternyata Mas Kido diambil," ujar Zul yang tampak tegar menjelaskan kondisi putra pertamanya tersebut.

PBSI sampaikan duka mendalam

Kabar meninggalnya Kido menjadi duka mendalam bagi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Saat ini, induk organisasi bulutangkis tanah air itu tengah menyiapkan atlet-atletnya yang akan tampil di Olimpiade Tokyo pada Juli nanti.

Ketua Umum PP PBSI, Agung Firman Sampurna menyebut meninggalnya Kido merupakan sebuah kehilangan besar bagi dunia bulutangkis Indonesia yang tengah bersiap menghadapi Olimpiade Tokyo.

"Hari ini keluarga besar bulutangkis Indonesia sangat berduka dengan berpulangnya Markis Kido, pahlawan bulutangkis yang telah berulang kali mengharumkan nama Merah Putih di panggung bulutangkis dunia," ucap Firman dikutip dari badmintonindonesia.org.

Markis Kido merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pahlawan bulutangkis Indonesia. Berpasangan dengan Hendra Setiawan, Kido pernah meraih semua gelar prestisius.

Kido dan Hendra meraih gelar juara dunia 2007 di Malaysia saat mengalahkan pasangan Korea, Jung JAe-sung/Lee Yong-dae. Setahun kemudian, Kido/Hendra meraih emas Olimpiade di Beijing.

Kala itu, kombinasi Kido yang punya smash dashyat dan ketenangan Hendra di depan net, mengalahkan andalan China, Cai Yun/Fu Haifeng di final.

Lantas, di 2010, Kido dan Hendra meraih medali emas Asian Games dengan mengalahkan ganda Malaysia, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.

Pendek kata, dengan segala prestasi yang ia sudah torehkan untuk Merah-Putih, Kido layak disebut legenda bulutangkis. Oleh karenanya, PBSI berharap tauladan pria kelahiran 11 Agustus 1984 itu menjadi inspirasi para penerusnya.

"Dengan prestasi besar bersama Hendra Setiawan, nama Kido begitu harum di pentas dunia. Semoga suri teladan, semangat juang, prestasi besar, dan etos kerja yang telah ditunjukkan Markis Kido selama ini, bisa menginspirasi para pemain-pemain bulutangkis Indonesia untuk mengikuti jejak almarhum," sambung Firman.

Pak Firman benar. Generasi sekarang, utamanya pemain-pemain muda, layak mencontoh semangat juang Kido. Bagaimana etos kerjanya ketika bermain untuk negaranya.

Saya beruntung pernah melihat bagaimana Kido bermain. Kala itu, sangat menyenangkan melihat permainan Kido dan Hendra. Full attack.

Utamanya Kido. Energinya di lapangan seolah tidak ada habisnya. Tidak ada istilah klemar-klemer di lapangan. Meski berkali-kali melancarkan pukulan smash, tapi fokus dan staminanya terjaga.

Selamat jalan pahlawan. Meminjam tulisan BWF di akun IG nya, hari ini (tadi malam) kita kehilangan juara. We lost a champion today! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun