Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kingsley Coman, Cerita Mantan, dan Setiap Orang Ada Masanya

24 Agustus 2020   15:36 Diperbarui: 26 Agustus 2020   07:04 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kingsley Coman (mengangkat piala) menjadi penentu kemenangan Bayern Munchen 1-0 atas PSG di final Liga Champions, Senin (24/8) dini hari tadi. Coman menjadi pemain pertama yang mencetak gol ke gawang mantan klubnya di final Liga Champions/Foto: eurosport.com

Selain memang punya kemampuan untuk bersaing di level atas, sukses Coman juga karena memiliki ketahanan mental. Sebagai pemain muda, mentalnya kuat. Dia juga mau belajar.

Ya, Coman bukan anak muda cengeng yang ketika tidak masuk pilihan utama pelatih, lantas ngambek. Sebaliknya, dia ingin belajar dari semua pelatih yang melatihnya.

Dalam wawancara dengan France Football, Coman sebenarnya terlintas ingin pergi dari Bayern di musim 2016/17 silam. Tepatnya ketika Bayern dilatih Ancelotti. Dia mengaku dimainkan di posisi berbeda dibanding ketika dilatih Guardiola. Itu  membuatnya tidak nyaman.

"Itu tahun yang sulit. Saya sempat berpikir pergi dari Bayern. Namun, pemain bagus harus bisa beradaptasi dan menghormati keputusan pelatih," ujar Coman seperti dikutip dari Daily Mail.

Ujian mental Coman tidak hanya terjadi di lapangan. Di luar lapangan, kariernya juga sempat terancam berantakan akibat jiwa mudanya yang sulit dikendalikan.

Pada Juni 2017, Coman ditangkap aparat karena tuduhan kekerasan dalam rumah tangga setelah diduga melakukan pelecehan fisik terhadap model Sephora Goignan, mantan pacarnya.

Di akun Instagramnya, Coman mengakui tuduhan tersebut. Lalu, pada September 2017, Coman mengaku bersalah di pengadilan Prancis dan setuju untuk membayar denda kepada Goignan.

Toh, semua cerita itu menjadi bagian cerita dari jatuh bangunnya Coman dalam membangun kariernya. Kini, dia menjadi pemain muda yang paling banyak meraih gelar.

Bayangkan, di usia 24 tahun, Coman sudah merah 20 gelar. Meski, dia mungkin tidak selalu menjadi lakon utama di keramaian perayaan.

Dari cerita sukses Coman dan Bayern di final Liga Champions dini hari tadi, kita bisa berkaca bahwa sukses itu tidak selalu datang pada kesempatan pertama. Boleh jadi sebelumnya hanya menjadi 'pemain figuran'. 

Namun, slogan "setiap orang ada masanya serta setiap masa ada orangnya" itu jelas tidak sekadar karena keberuntungan. Tapi karena memang sang lakon sudah menyiapkan diri untuk menjemput sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun