Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Seperti Kata Jack Ma, Barcelona Perlu Belajar dari Kompetitor

21 Juli 2020   09:16 Diperbarui: 21 Juli 2020   09:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Zidane pergi di akhir musim 2017/18 usai memenangi Liga Champions, Real Madrid juga sempat 'goyang' di musim 2018/19. Pelatih Julen Lopetegui tak bertahan lama. Kompetisi dimulai Agustus, Oktober dia sudah out. Begitu juga Santiago Solari, sang penerusnya. Zidane pun kembali ditarik di bulan Maret 2019.

Apa yang salah?

Secara taktikal, Lopetegui hebat. Dia pernah juara Eropa bersama Tim Spanyol U-19  di tahun 2012 dan Tim Spanyol U-21  di Piala Eropa U-21 2013. Namun, secara karisma yang bisa membuat pemain manggut-manggut pada ucapannya, dia bukan levelnya Zidane.

Sama seperti Barca, ruang ganti Real juga berisikan pemain-pemain bintang dengan ego besar. Bahkan, mereka mungkin ada yang merasa lebih besar dari pelatihnya. Karenanya, butuh pelatih tidak biasa untuk 'menjinakkan' mereka.

Dulu, di masa awal Zidane datang pada 2016 menggantikan Rafael Benitez, pemain Madrid patuh kepadanya. Termasuk Ronaldo, Sergio Ramos, dan Karim Benzema yang merupakan pemain senior.

Mereka segan pada Zidane. Lha wong Zidane pernah meraih semua hal di sepak bola yang bahkan belum pernah mereka raih. Maka, Ronaldo cs pun 'jinak'. Dan, cerita sukses Real memenangi hat-trick trofi Liga Champions 2016, 2017, dan 2018 bermula dari situ.


Nah, Barca bisa berkaca dari cara Real Madrid menunjuk pelatih. Tentu saja tidak dengan meng-copy mentah cara Real, semisal membawa Zidane ke Barcelona.

Sebab, Zidane belum tentu cocok dengan pemain-pemain Barcelona karena dia memang tidak punya ikatan emosional dengan Barca. Bila seperti itu, bukan tidak mungkin akan terjadi "copy and you die" seperti kata Jack Ma itu.

Namun, Barca bisa belajar bagaimana memilih pelatih yang disegani oleh Messi dan kawan-kawan. Pelatih yang karena karisma dan kedekatan emosional, dihormati pemain-pemain Barca. Sehingga, pemain-pemain bisa tampil lebih maksimal.

Sebenarnya Barca pernah melakukan cara itu ketika menunjuk Pep Guardiola dan Luis Enrique. Keduanya mantan Barca. Dan keduanya sukses besar.

Guardiola membawa Barcelona juara Liga Champions 2009 dan 2011. Lalu Enrique membawa Barca juara Liga Champions 2015 ketika mengalahkan Juventus dengan trio MSN (Messi-Suarez-Neymar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun