Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyoal Nasib Guru di Era yang Serba Baperan

25 November 2019   17:45 Diperbarui: 25 November 2019   20:00 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, menjadi guru zaman dulu, lebih enak dibandingkan guru di era masa kini. Enak bukan karena gajinya. Lha wong gaji guru zaman sekarang, jelas lebih besar dibanding zaman dulu.

Meski memang, masih ada guru yang mendapatkan gaji jauh di bawa Upah Minimum Kota (UMK) yang berlaku di wilayah dia mengajar. Namun, saya percaya, pemerintah melalui Mas Menteri Nadiem Makarim dan segenap pejabatnya di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bakal bekerja keras untuk menyejahterakan para guru. Kita patut optimistis dengan semangat Menteri Nadiem berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia seperti dalam pidatonya pada upacara peringatan Hari Guru Nasional.

Bicara enaknya guru di masa lalu, itu karena mereka serasa memiliki otoritas penuh terhadap anak didiknya. Di sekolah, orang tua dan wali murid, percaya penuh kepada guru untuk mendidik anak-anaknya. Bukan hanya pelajaran sekolah. Tapi juga mengajari perilaku.

Dulu, semisal ada anak yang ketika pulang sekolah bercerita bila dirinya dihukum berdiri di depan kelas karena terlambat, makaorang tua bakal menyalahkan anaknya. Minimal dinasehati agar tidak lagi terlambat ketika masuk kelas.

Bahkan, ketika SD dulu, saya pernah memilih guru yang galak bukan main. Ketika mengajar membawa penggaris besar. Bila ada anak yang bandel, penggaris itu bisa mampir di paha si murid. Namun, ketika dihukum guru di sekolah, murid akan berpikir dua kali untuk bercerita ke orang tua. Sebab, mereka tahu malah akan dimarahi.

Pun, ketika masa SMP, saya pernah memiliki guru bahasa Inggris yang cantik, gaul, tapi galak. Di tahun 1993, ketika ke sekolah, bu guru itu membawa mobil jeep Feroza. Disetirnya sendiri. Namun, ketika di dalam kelas, bila ada yang ramai ketika dia mengajar, maka penghapus dan kapur tulis, bisa melayang ke muka murid tersebut. Toh, tidak pernah ada orang tua yang mendadak datang ke sekolah dan melabrak bu guru cantik itu.

Guru era sekarang, dianiaya bahkan dibunuh

Bagaimana guru di era sekarang?

Kini, zaman telah berubah. Kisah seperti itu, hampir tidak ada lagi. Tidak ada lagi "guru killer". Di satu sisi, memang bagus. Sebab, tidak ada lagi hukuman kekerasan fisik.

Hanya saja, guru kini banyak yang menjadi pesakitan. Banyak yang menjadi 'tersangka' tindak kekerasan. Jangankan memukul fisik, menegur muridnya yang bandel dengan kalimat tegas saja bisa menjadi bencana bagi guru.      

Faktanya, ada banyak kabar yang seperti itu. Silahkan cek di mesin pencari Google perihal nasib kelam guru masa kini. Ada banyak tautan berita yang mengabarkan berita miris tentang nasib guru di banyak tempat di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun