Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Tim Bulu Tangkis Junior Indonesia Buru Gelar Juara Dunia di Rusia

3 Oktober 2019   17:29 Diperbarui: 4 Oktober 2019   08:51 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan ganda putra Indonesia, Leo Rolly/Daniel Martin (kanan) menjadi andalan di Kejuaraan Dunia junior 2019 di Rusia. Tim Indonesia berhasil memastikan lolos ke semifinal dan akan bertemu Thailand/Foto: badmintonindonesia.org

Sejak awal pekan kemarin, Senin (30/9), tim bulu tangkis junior Indonesia tampil di Kejuaran Dunia Bulu Tangkis Junior Beregu (BWF World Junior Championship Team) yang digelar di Kota Kazan, Rusia.

Sesuai nama kejuaraannya, pemain-pemain Indonesia yang tampil adalah mereka yang masih junior. Usianya 18 tahun ke bawah. Namun, beberapa dari mereka sudah masuk Pelatnas PBSI. Beberapa dari mereka juga sudah punya jam terbang di pertandingan internasional.

Lalu, bagaimana penampilan tim bulu tangkis junior Indonesia?

Sejauh ini masih tanpa celah. Tim bulu tangkis junior Indonesia selalu menyapu bersih kemenangan. Dari babak penyisihan grup, hingga perempat final yang digelar Kamis (3/10). 

Di babak penyisihan grup A, Indonesia yang satu grup dengan wakil Afrika, Uganda dan wakil Eropa, Finlandia, masih terlalu kuat bagi kedua negara tersebut. Dari lima pertandingan yang dimainkan di tiap laga, Indonesia berhasil sapu bersih. Menang 5-0 atas Uganda (30/9) dan menang 5-0 atas Finlandia (1/10).

Bahkan, ketika melawan Uganda di pertandingan pertama (30/9), pemain-pemain Indonesia menang dengan "skor-skor sadis". Maksudnya, skor kemenangannya terpaut sangat jauh.

Seperti tunggal putri Stephanie Widjaja yang menang 21-2, 21-4 atas Fadila Shamika. Lalu pasangan ganda putri, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi menang 21-3, 21-3. Bahkan, pasangan ganda putra, Lucky Andreas Apriyanda dan Daniel Martin, menang dengan skor 21-1, 21-1.

Bila sampean (Anda) rutin bermain bulu tangkis dengan sistem reli poin, sampean pastinya paham bahwa skor 21-1 itu sangat tidak masuk akal. Sebab, selain mendominasi permainan, juga harus bebas dari error yang bisa berbuah poin bagi lawan.

Tetapi memang, dalam kompetisi antar negara seperti ini, gap kualitas antara negara tradisional bulu tangkis dan yang baru belajar, masih terlihat mencolok. 

Skor mencolok seperti inilah yang menjadi cikal bakal penyebutan "skor Afrika" oleh para badminton lover (pecinta bulutangkis) ketika ada pebulu tangkis yang menang dengan skor telak di turnamen BWF World Tour.

Lolos dari fase grup, tim Indonesia lantas berjumpa tim Spanyol di babak play-off, Rabu (2/10) kemarin. Hasilnya, tim Indonesia menang 3-0 dan memastikan lolos ke perempat final. 

Tiga poin kemenangan Indonesia atas Spanyol disumbangkan pasangan ganda putri, Dwiki Rafian Restu/Indah Cahya Sari Jamil, lalu Putri Kusuma Wardani di sektor tunggal putri dan Bobby Setiabudi (tunggal putra).

Sementara untuk nomor ganda putri dan ganda putra tidak dimainkan. Sebab, aturan di babak gugur, ketika ada tim yang unggul 3-0, pertandingkan keempat dan kelima sudah tidak menentukan sehingga boleh tidak dimainkan.

Hari ini, Indonesia lolos ke semifinal usai kalahkan Hongkong 3-0
Nah, hari ini, Kamis (3/10), tim Indonesia bertemu Hongkong di perempat final. Hasilnya, lewat pertandingan ketat yang baru berakhir sore sekitar pukul 16.00 waktu Indonesia, tim Indonesia akhirnya memastikan lolos ke babak semifinal setelah mengalahkan Hongkong 3-0.

Keputusan PBSI untuk memainkan tim terkuat melawan Hongkong, kiranya tepat. Sebelumnya, saat diwawancara wartawan seperti dikutip dari Badminton Indonesia, Kabid Pembinaan Prestasi PBSI, Susy Susanti menyebut tim Indonesia akan menurunkan susunan pemain terbaik. 

Pertimbangannya, Hongkong mampu mengalahkan Malaysia di babak penyisihan. Padahal, Malaysia termasuk tim "tradisional". Mereka pernah jadi runner-up tahun 2016 dan 2017. 

Susy juga mewanti-wanti pemain-pemain Indonesia agar waspada dan tidak lengah. Apapun yang terjadi di pertandingan sebelumnya, harus bisa dijadikan pelajaran. 

"Kami turunkan formasi terbaik, karena sudah babak play off dan lawannya berat. Target kami menang dari Hong Kong, kalau bisa menang lebih cepat lebih baik, mudah-mudahan bisa. Pokoknya yang penting menang dulu, jangan lengah karena di lapangan kan nggak ada yang tahu," ungkap Susy dikutip dari Badminton Indonesia.

Yang terjadi di lapangan memang seperti itu. Meski menang 3-0, tetapi tim Indonesia mendapatkan perlawanan ketat dari pemain-pemain Hongkong. Untuk kali pertama, pemain Indonesia kehilangan game dan dipaksa bermain rubber game (tiga game).

Di pertandingan pertama di nomor ganda campuran, Indonesia memainkan pasangan juara dunia junior 2018, Leo Rolly Carnando/Indah Cahya Sari Jamil. 

Siapa sangka, Loe/Indah sempat kalah di game pertama dari Lui Chun Wai/Yeung Pui Lam 16-21. Untungnya, mereka bisa move on di dua game berikutnya. Leo/Indah menang 21-13 dan 21-17.

Di pertandingan kedua, Putri Kusuma Dewi membawa Indonesia unggul 2-0 setelah mengalahkan Happy Serena Cheng Sin Yan dengan skor 21-7, 21-18. Lantas, tunggal putra Christian Adinata membawa Indonesia unggul 3-0.

Christian juga dipaksa bermain rubber game oleh pemain Hongkong, Jason Gunawan. Menang 21-14 di game pertama, Christian takluk 21-23 di game kedua. Namun, dia mampu tampil cool di game ketiga dan menang 21-10.

Jumat besok hadapi Thailand di semifinal
Dengan sudah menang 3-0, Indonesia dipastikan lolos ke semifinal. Dua pertandingan ganda putra dan putri, tidak jadi dimainkan. Padahal, Indonesia sudah mengantisipasi bila sektor tunggal lepas, sektor ganda akan jadi andalan untuk meraup poin. 

Di sektor ganda, Indonesia menyiapkan Nita Violina Marwah/Putri Syaikah yang merupakan rangking 1 ganda putri junior. Lalu, di ganda putra ada pasangan Leo Rolly/Daniel Marthin yang merupakan pasangan juara Asia Junior 2019.

Di babak semifinal yang akan dimainkan di Kazan Gymnastics Center, Jumat (4/10) sore pukul 17.00 waktu setempat, tim Indonesia akan bertemu tim Thailand. Laga semifinal lainnya mempertemukan Jepang melawan juara bertahan, Tiongkok.

Bagaimana kekuatan Thailand?

Di perempat final, Kamis (3/10), Thailand mengalahkan tim Prancis 3-0 tanpa rubber game. Sebelumnya, Thailand juga meraih kemenangan sempurna di babak penyisihan. Mereka menang 5-0 atas Latvia (30/9) dan 5-0 atas Belarusia (1/10).

Lalu, bagaimana peluang Indonesia?

Bertemu Thailand menjadi ulangan laga semifinal tahun 2014. Kala itu, Indonesia yang diperkuat Jonatan Christie, Muhammad Rian Ardianto dan Ruselli Hartawan, menang tipis 3-2 atas Thailand.

Karenanya, ada harapan, Indonesia kali ini bisa lolos ke final. Sekaligus, move on dari mimpi buruk tahun lalu. Di BWF World Junior Championship Team 2018 silam yang digelar di Kanada, tim Indonesia terhenti di semifinal usai kalah 1-3 dari Korea Selatan.

Indonesia memburu gelar juara dunia perdana
Tentunya, tidak sekadar lolos ke final, kita juga berharap tim junior Indonesia bisa jadi juara dunia untuk kali pertama. Ya, sejak kejuaraan yang juga dikenal dengan nama Suhandinata Cup ini digelar pada tahun 2000, Indonesia tak pernah juara.

Indonesia sebenarnya pernah tiga kali sangat dekat dengan gelar juara dunia. Sayangnya, meski tiga kali beruntun masuk final di tahun 2013, 2014, dan 2015, Indonesia hanya mampu menjadi runner-up.

Di tahun 2013 di Thailand, tim Indonesia yang diperkuat Kevin Sanjaya dan Jonatan Christie, kalah tipis 2-3 dari Korea Selatan. Padahal, Indonesia sempat unggul dua kali. Lalu di tahun 2014 di Malaysia, Indonesia kalah telak 0-3 dari Tiongkok di final.

Cerita serupa berulang di Peru pada tahun 2015. Indonesia yang diperkuat Gregoria Mariska, Firman Abdul Kholik, dan Rinov Rivaldy, kembali kalah 0-3 dari Tiongkok yang diperkuat Chen Yufei, Zheng Siwei, Chen Qingchen, Jia Yifan, Du Yue, serta Han Chengkai dan Zhou Haodong.

Di tahun itu, Tiongkok memang mendominasi. Selain juara di nomor tim, Tiongkok juga meraih tiga medali emas di nomor individu. Yakni lewat Zheng Siwei/He Jiting di ganda putra, Chen Qingchen/Jia Yifan di ganda putri dan Siwei/Qingchen di ganda campuran.

Nah, andai tahun ini Indonesia ditakdirkan kembal bertemu Tiongkok di final, rasanya kita lebih siap dari final empat tahun lalu. Dengan mengandalkan tiga nomor ganda dan juga berharap kejutan di sektor tunggal, bukan tidak mungkin tim junior Indonesia bisa jadi juara dunia untuk kali pertama. Semoga. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun