Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PHK, Kanker, dan Pelajaran Hidup dari Radja Nainggolan

17 Agustus 2019   08:01 Diperbarui: 18 Agustus 2019   08:28 22744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di PHK Intermilan, Radja Nainggolan memutuskan untuk kembali ke Cagliari| Sumber: nerazzurriale.id

Siapa sih yang tidak ingin bekerja di perusahaan ataupun instansi ternama dengan tawaran gaji besar? Rasanya, ada banyak yang menginginkannya. 

Sebab, semua orang tentu berharap memiliki jaminan kesejahteraan di masa depan. Tak hanya bagi dirinya, tetapi juga agar "asap dapur di rumah tetap mengebul" tanpa henti.

Bahkan, bilapun bekerja di tempat kerja keren dengan gaji gede itu hanya sebatas mimpi, banyak orang juga ingin merasakannya. Meski, semuanya akan lenyap ketika terbangun. Lha wong itu hanya mimpi. Tapi minimal pernah membayangkan enaknya.

Namun, seenak-enaknya bekerja di tempat kerja impian, selalu ada risiko yang mengintai kita. Risiko yang mungkin sama sekali tidak terduga. 

Tidak ada yang bisa menduga semisal tiba-tiba perusahaan tersebut oleng finansialnya, lantas melakukan pemutusan hubungan kerja massal (PHK). Dan, sampean (Anda) termasuk yang mendapat "surat cinta" PHK tersebut.

Selain risiko, hidup juga acapkali memunculkan pilihan-pilihan tak terduga. Semisal ketika tiba-tiba dirotasi perusahaan ke luar pulau sehingga jauh dari keluarga. 

Sementara istri dalam kondisi sakit dan butuh pengobatan teratur, serta anak-anak juga baru masuk sekolah. Kenyataan seperti itu bisa menjadi pilihan sulit. Antara memilih tempat kerja atau keluarga.

Kisah melankoli seperti itu yang tengah dirasakan pesepak bola asal Belgia, Radja Nainggolan, di awal kompetisi musim 2019/2020 ini. Nainggolan yang musim lalu bekerja di salah satu "perusahaan besar" di Italia bernama Inter Milan, harus mendapati kenyataan pahit. Ia mendapatkan surat pemberitahuan PHK.

Surat pemecatan tidak langsung itu muncul ketika pelatih anyar Inter, Antonio Conte menyebut Nainggolan tidak akan masuk dalam skema rencananya di kompetisi musim 2019/2020. 

Cedera dan penampilan tidak konsisten di musim lalu, menjadi nilai merah bagi Nainggolan. Terlebih, usianya tidak lagi muda untuk ukuran pesepak bola masa kini. Dia kini berusia 31 tahun.

Di-PHK Inter Milan, Nainggolan pindah ke "perusahaan kecil" bernama Cagliari
Dalam sepak bola, pernyataan "tidak masuk skema pelatih" seperti itu, sama saja dengan mengusir secara halus. Pilihannya hanya dua. Bila mau tetap bertahan, harus bersiap menghabiskan musim kompetisi di bangku cadangan. 

Lha wong sudah diberitahu tidak akan dipakai. Ataukah mau mencari petualangan baru dengan bergabung di "perusahaan lebih kecil" tetapi bisa memberikan kenyamanan.

Pilihan terakhir itulah yang akhirnya diambil oleh pesepak bola keturunan Indonesia ini. Nainggolan memilih menjalani masa peminjaman di klub kecil Italia, Cagliari. Pada 6 Agustus lalu, Nainggolan secara resmi dipinjamkan ke Cagliari dengan kesepakatan "season long deal" alias peminjaman jangka waktu lama. 

Dibandingkan dengan Inter Milan yang tenar, Cagliari jelas hanya sebuah "perusahaan kecil". Bila Inter didukung modal kuat, Cagliari mungkin hanya separuhnya. 

Bila Inter berada di kota mode Milan yang menjadi salah satu kota tenar di Italia, Cagliari berada di Pulau Sardinia yang tentu saja tak semaju Kota Milan.

Toh, dalam hidup, kebahagiaan terkadang tidak melulu diukur dengan besar kecilnya tempat bekerja. Kenyamanan dan kegembiraan, menjadi hal utama. Nainggolan sangat paham itu. Karenanya dia tak ragu memilih Cagliari. Dia menolak tawaran klub lain yang datang kepadanya.

Ya, Nainggolan sangat paham, di klub yang pernah sekali juara Liga Serie A di tahun 1970 itu, dia akan bisa merasakan kebahagiaan. Rasa bahagia yang sempat hilang di Inter Milan.

Sebab, Cagliari dan Sardini adalah cinta masa lalunya. Di sanalah, dia mulai "menggambar" masa depannya di sepak bola. Nainggolan pernah membela Cagliari selama empat tahun (2010-2014).

Memang, Cagliari bukan klub pertamanya di Italia. Dia pernah main di Piacenza pada 2006-2010. Namun, di Cagliari-lah, kemampuan terbaiknya bisa keluar. Dia jadi pujaan fans Cagliari yang menganggapnya salah satu pemain terbaik dalam sejarah klub Cagliari.

Cagliari bak seperti menjadi "tiket" bagi Nainggolan untuk bisa menapak ke panggung yang lebih besar. Dia lantas membela klub ibu kota, AS Roma. Di Roma, Nainggolan berkembang menjadi salah satu pemain tengah terbaik di Liga Italia. 

Selama empat musim (2014/15 hingga 2017/18), dia selalu masuk dalam tim terbaik Serie A Italia. Dia bahkan pernah menjadi pemain terbaik AS Roma di musim 2016/17. Dari Roma, dia berlabuh di Inter Milan yang ternyata menjadi titik balik dari kejatuhan kariernya.

Kini, kembali ke Cagliari, Nainggolan ingin membuktikan bahwa dirinya belum habis. Dia ingin Inter melihatnya bahwa klub yang pernah meraih treble winner tahun 2010 itu telah salah "membuang" dirinya.

"Saya tahu klub ini seperti apa. Karenanya, tidak sulit memilih mereka. Saya selalu berpikir akan kembali ke klub ini ketika meninggalkannya lima tahun lalu. Meski tidak secepat ini. Tetapi memang, terkadang situasi menawarkan pilihan yang tidak mudah. Saya siap melakukan apapun demi klub ini," ujar Nainggolan dikutip Fox Sport.

Ke Cagliari karena cinta masa lalu dan mendampingi istri
Jangan pernah meremehkan semangat orang-orang terbuang seperti Nainggolan. Bukan karena mereka punya semangat membalas dendam. Tapi, mereka akan termotivasi untuk membuktikan diri.

Apalagi, Cagliari jelas akan berbeda dari Inter. Di Cagliari yang sederhana, Nainggolan tidak akan merasakan tekanan seperti halnya di Inter yang bak "bos galak". 

Dia akan mendapat dukungan penuh dari klub dan suporter. Tifosi Cagliari masih cinta kepadanya. Nyatanya, ada lebih dari 300 suporter datang ke bandara demi menyambut kedatangannya.

Cagliari juga menyambutnya antusias. Di akun Twitter Cagliari, secara khusus ada video berjudul "Ninja is back". Ninja merupakan julukan yang diberikan untuk pemain kelahiran 4 Mei 1988 ini.

Dan yang jelas, di Cagliari, Nainggolan akan lebih sering mendapatkan kesempatan bermain dibandingkan di Inter. Dan itu akan menjadi peluang terbaik untuk membuktikan dirinya masih ada.

"Hati saya selalu terhubung dengan Cagliari, dengan Sardinia dan keluarga besar Rossoblu. Dengan jersey mereka, saya tumbuh, berjuang dan jatuh bangun. Sekarang saya siap untuk perjuangan yang baru. Saya kembali ke rumah, rumah saya," ujar Nainggolan di twitter klub Cagliari.

Selain faktor cinta masa lalu, ada satu lagi alasan yang membuat Nainggolan tak ragu memilih Cagliari. Sebuah alasan romantis. Dia ingin lebih dekat dengan istrinya yang tengah menderita kanker. Dia ingin menemani sang istri untuk menjalani masa pengobatan.

Pada 10 Juli lalu, istrinya, Claudia Lai yang merupakan warga asli Sardinia, menyampaikan pengumuman di akun Instagramnya bahwa dirinya menderita kanker. 

Sebelumnya, dia mengaku merasakan ketakutan dan berharap itu hanyalah mimpi buruk ketika terbangun di pagi hari. Kini, hari-hari Claudia diisi dengan rutin menjalani kemoterapi.

"Saya akan menjalani episode baru dalam hidup saya. Saya berterima kasih kepada keluarga dan semua teman yang menguatkan saya untuk menghadapi apapun. Selamat berjuang untuk sesama penyandang kanker. Jangan pernah kehilangan senyuman," ujar Claudia yang memiliki dua anak dari Nainggolan bernama Aysha (tujuh tahun) dan Mailey (tiga tahun).

Episode hidup yang dijalani Nainggolan itu menjadi gambaran, betapa dia memang manusia biasa seperti halnya kita. Terlepas dari kebintangannya di lapangan bola, Nainggolan juga menghadapi masalah pelik seperti kita. Dia juga dihadapkan pada pilihan sulit yang butuh tekad kuat untuk melakoninya.

Kita bisa bercermin dari cara Nainggolan untuk menghadapi situasi sulit yang dihadapinya. Perihal pilihannya untuk rela "menurunkan standar hidupnya", juga tekad besarnya untuk bangkit. 

Bila kemauan kuat sudah berpadu dengan hati yang bahagia, rasanya kesulitan apapun akan nikmat dijalani. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun