Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

AC Milan-Marseille, Dua "Pembesar" yang Lupa Cara Menjadi Besar

14 Desember 2018   14:29 Diperbarui: 15 Desember 2018   05:46 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AC Milan tersingkir cepat dari Europa League musim ini/Foto: Twitter AC Milan

"Football is the glorious example of the ups and down of life".

Begitu mantan kapten Timnas Inggris, Gary Lineker menggambarkan dinamika sepak bola. Bahwa sepak bola itu contoh paling nyata betapa kehidupan terkadang berada di atas, dan sebentar saja ia sudah di bawah.

Lineker benar. Dalam sepak bola, jamak terjadi klub yang awalnya digdaya lantas tak berdaya. Pemain yang pernah dipuja-puja lantas dilupakan atau pelatih yang pernah disanjung tinggi kemudian tahu-tahu dicaci-maki.

Ujaran Lineker, penyerang yang meraih sepatu emas di Piala Dunia 1986 tersebut juga tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi dua tim elit di Eropa, AC Milan dan Olympique Marseille saat ini. Dua tim ini pernah menjadi "pembesar" dalam panggung sepak bola Eropa. Mereka pernah duduk manis di bagian paling atas sepak bola dunia.

Pecinta bola tentunya paham, Milan dan Marseille pernah tampil di final Liga Champions edisi tahun 1993 di Kota Munich. Kala itu, keduanya sama-sama mendapat julukan tim impian. Marseille kala itu menang 1-0 pada final yang kabarnya diwarnai matinya lampu stadion Olympiastadion.

Hingga kini, Marseille tercatat menjadi satu-satunya tim Prancis yang pernah menjuarai Liga Champions. Pencapaian yang bahkan belum mampu disamai oleh tim-tim top Prancis seperti Paris Saint Germain maupun Olympique Lyon.

Namun, itu cerita dulu. Kini, Marseille seperti bukan siapa-siapa kala tampil di kompetisi Eropa. Di level Europa League yang merupakan turnamen "kelas dua" di Eropa setelah Liga Champions, Marseille tidak bisa berbuat banyak.

Finalis Europa League musim 2017/18 lalu ini gagal mengulang penampilan hebatnya di musim 2018/19 ini. Marseille bahkan gagal lolos ke babak 32 besar setelah tampil buruk dalam penyisihan grup. 

Bersaing dengan tim Jerman, Eintracht Frankfurt, tim Italia, Lazio dan tim Siprus, Apollon Limassol, di luar dugaan Marseille yang diperkuat beberapa pemain top seperti Dimitri Payet, Luis Gustavo dan Florian Thauvin, justru tak berkutik.

Dini hari tadi, Marseille kalah 1-3 di kandang sendiri dari tim kecil yang namanya jarang terdengar, Apollon Limassol FC di Grup H. Kekalahan ini membuat Marseille mengakhiri penyisihan grup Europa League di posisi juru kunci. Dalam enam pertandingan, Marseille tidak mampu meraih kemenangan dan hanya meraih 1 poin dari sekali draw.

Bagaimana AC Milan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun