"Football is the glorious example of the ups and down of life".
Begitu mantan kapten Timnas Inggris, Gary Lineker menggambarkan dinamika sepak bola. Bahwa sepak bola itu contoh paling nyata betapa kehidupan terkadang berada di atas, dan sebentar saja ia sudah di bawah.
Lineker benar. Dalam sepak bola, jamak terjadi klub yang awalnya digdaya lantas tak berdaya. Pemain yang pernah dipuja-puja lantas dilupakan atau pelatih yang pernah disanjung tinggi kemudian tahu-tahu dicaci-maki.
Ujaran Lineker, penyerang yang meraih sepatu emas di Piala Dunia 1986 tersebut juga tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi dua tim elit di Eropa, AC Milan dan Olympique Marseille saat ini. Dua tim ini pernah menjadi "pembesar" dalam panggung sepak bola Eropa. Mereka pernah duduk manis di bagian paling atas sepak bola dunia.
Pecinta bola tentunya paham, Milan dan Marseille pernah tampil di final Liga Champions edisi tahun 1993 di Kota Munich. Kala itu, keduanya sama-sama mendapat julukan tim impian. Marseille kala itu menang 1-0 pada final yang kabarnya diwarnai matinya lampu stadion Olympiastadion.
Hingga kini, Marseille tercatat menjadi satu-satunya tim Prancis yang pernah menjuarai Liga Champions. Pencapaian yang bahkan belum mampu disamai oleh tim-tim top Prancis seperti Paris Saint Germain maupun Olympique Lyon.
Namun, itu cerita dulu. Kini, Marseille seperti bukan siapa-siapa kala tampil di kompetisi Eropa. Di level Europa League yang merupakan turnamen "kelas dua" di Eropa setelah Liga Champions, Marseille tidak bisa berbuat banyak.
Finalis Europa League musim 2017/18 lalu ini gagal mengulang penampilan hebatnya di musim 2018/19 ini. Marseille bahkan gagal lolos ke babak 32 besar setelah tampil buruk dalam penyisihan grup.Â
Bersaing dengan tim Jerman, Eintracht Frankfurt, tim Italia, Lazio dan tim Siprus, Apollon Limassol, di luar dugaan Marseille yang diperkuat beberapa pemain top seperti Dimitri Payet, Luis Gustavo dan Florian Thauvin, justru tak berkutik.
Dini hari tadi, Marseille kalah 1-3 di kandang sendiri dari tim kecil yang namanya jarang terdengar, Apollon Limassol FC di Grup H. Kekalahan ini membuat Marseille mengakhiri penyisihan grup Europa League di posisi juru kunci. Dalam enam pertandingan, Marseille tidak mampu meraih kemenangan dan hanya meraih 1 poin dari sekali draw.
Bagaimana AC Milan?