Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Para Orang Tua, Setop "Sayang Palsu" kepada Anak

31 Oktober 2018   14:21 Diperbarui: 31 Oktober 2018   14:24 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selalu menuruti keinginan anak merupakan bentuk (pepnews.com)

Anak juga cenderung menganggap semua pemberian yang telah diberikan itu sebagai hal biasa. Sehingga, bila sekali saja orang tuanya tidak menuruti, dia merasa dikecewakan dan tidak menghargai semua hal yang selama ini dilakukan orang tua untuknya.

Terbiasa mengerjakan tugas sekolah anak

Benarkah tugas sekolah anak sekarang itu jauh lebih sulit dibanding zaman kita sekolah dulu? Sehingga, ada orang tua yang mengerjakan pekerjaan rumah anaknya. Pertimbanganya, agar tugas sekolahnya selesai.

Bila orang tuanya mengerjakan tugas sekolahnya bersama-sama dengan memberikan pemahaman kepada anak, itu tentu tidak ada masalah. Sebab, anak akan bisa diajak belajar mengatasi tugas sekolahnya sendiri.

Nah, yang tidak benar adalah ketika tugas sekolah anaknya, dikerjakan orang tuanya tanpa ada ruang untuk mengobrol bersama. Apalagi bila aktivitas seperti itu rutin dilakukan. 

Kalau anaknya masih SD kelas 1 sih mungkin masih wajar karena dia masih tahap belajar mengeja tugasnya. Lha bagaimana bila anaknya sudah kelas 1 SMP tetapi yang mengerjakan tugasnya adalah orang tuanya? Sementara anaknya entah ngapain. Dan, ternyata ada lho yang seperti itu.

Memang, tugas sekolahnya selesai. Namun, bila terus seperti itu, orang tua justru tidak mengajari mereka makna tanggung jawab. Merasa sayang anak tetapi sejatinya justru tidak mengajari anak mengatasi urusannya sendiri. Imbasnya, mereka akan tumbuh dengan mengandalkan orang lain.

Membentuk 'citra sempurna' anak di mata guru sekolah

Orang tua mana sih yang tidak ingin anaknya dinilai baik oleh orang lain. Terlebih bila orang lain itu merupakan guru wali kelasnya. Pastinya orang tua ingin mencitrakan anaknya yang paling keren. 

Perihal urusan ini, anak saya yang kini kelas 2 SD, mendapatkan buku khusus dari gurunya. Namanya buku muhasabah. Setiap hari, buku tersebut diisi oleh orang tuanya. Isinya tentang aktivitasnya selama di rumah. Semisal sholat lima waktu maupun aktivitas di malam hari. Buku tersebut lantas dikumpulkan ke wali kelasnya setiap hari Rabu selanjutnya diserahkan kembali ke muridnya.

Bila ingin sang anak dinilai bagus oleh gurunya, mudah saja mengisinya dengan yang bagus-bagus. Semisal sholat lima waktu diisi berjamaah tepat waktu semua. Lalu aktivitas ba'da maghrib diisi dengan mengaji, belajar dan aktivitas keren lainnya. Kalau perlu menuliskan laporan bohong yang tidak sesuai kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun