Dalam bulutangkis, sejatinya tidak terlalu sulit untuk 'menerawang' masa depan seorang pemain muda, apakah kelak akan bisa menjadi bintang besar atau kariernya mentok.Â
Cukup lihat seberapa sering dia tampil bagus dan meriah gelar di level junior. Faktanya, pemain-pemain hebat di bulutangkis di era kekinian, mayoritas sudah berprestasi sejak di level junior.
Ambil contoh Hendra Setiawan. Pebulutangkis Indonesia dengan gelar paling lengkap (juara Asia, juara dunia, juara Sea Games, Asian Games hingga Olimpaide) yang masih aktif bermain ini sudah menunjukkan tanda-tanda akan menjadi pemain hebat sejak usianya masih belasan tahun.Â
Di tahun 2001 dan 2002, di usia 17 tahun, Hendra yang bermain di nomor ganda campuran, meraih medali perunggu di Kejuaraan Asia Junior. Di tahun 2002, dia juga meraih perunggu di nomor ganda putra saat berpasangan dengan Joko Riyadi.
Contoh lainnya Greysia Polii. Jauh sebelum menjadi salah satu pebulutangkis senior Indonesia sarat gelar, tanda-tanda itu sudah terlihat sejak di level junior.Â
Di tahun 2004 silam, di usianya yang masih 17 tahun, Greysia bersama Nitya Maheswari meraih medali perunggu di Kejuaraan Asia Junior 2005. Dan, delapan tahun kemudian, keduanya menjadi ganda putri nomor satu Indonesia. Mereka meraih medali emas di Asian Games 2014.
Memang, tidak semua pebulutangkis yang bersinar di usia muda, pada akhirnya sukses. Ada juga meredup. Namun, rasio kemungkinan sukses nya bisa dibilang lebih besar dibandingkan pesepakbola.
Sama dengan bulutangkis, di sepak bola pun, sejak era 90 an dulu, hampir setiap tahun ada anak-anak muda berbakat yang dijuluki sebagai "The Next Pele" atau "The Next Maradona".Â
Bila di era sekarang, julukannya berganti menjadi "Teh Next Mesi", "The Next Ronaldo" ataupun "The Next Neymar". Yang terjadi, ada banyak anak-anak muda itu yang layu sebelum berkembang karena ekspetasi berlebihan.
Penyebabnya, sepak bola berbeda dengan bulutangkis. Di sepak bola, anak muda yang hebat di turnamen level junior, ketika naik ke level senior (terlebih bermain di klub top), persaingannya berat.Â
Mereka bahkan tidak punya kesempatan membuktikan kemampuan karena hanya menjadi pemain cadangan. Akhirnya, kariernya mandek.