Bahkan, di tahun ini, keduanya sudah diikutkan di Kejuaraan Dunia (senior) 2018.
Satu lagi ada pasangan Febriana Dwipuji Kusuma/Ribka Sugiarto yang pada pertengahan Juli lalu berhasil menjadi juara Asia Junior 2018. November nanti, mereka akan tampil di Kejuaraan Dunia junior 2018 yang digelar di Kanada.Â
Di Hyderabad Open, mereka terhenti di round 2 dari Yulfira/Jauza. Menariknya, Jauza pernah bermain dengan Ribka di Kejuaraan Dunia 2017 dan meraih medali perak. Juga medali perunggu di Kejuaraan Asian Junior 2017.
Berpotensi seperti Jepang yang mendominasi persaingan ganda putri dunia
Pendek kata, Indonesia kini kaya pilihan pemain di ganda putri. Indonesia punya prospek cerah di sektor ganda putri seiring bermunculannya ganda putri muda potensial.Â
Tinggal bagaimana PBSI menempa kualitas dan mematangkan konsistensi mereka dengan sering menerjunkan mereka ke turnamen-turnamen.
Bukan tidak mungkin, dua atau tiga tahun mendatang, Indonesia bisa memiliki lebih banyak ganda putri yang masuk jajaran pemain elit dunia. Terlebih, Indonesia kini sudah memiliki Apriyani Rahayu (20 tahun) yang sudah matang bersama Greysia Polii. Plus pasangan Rizki Amelia (28 tahun)/Della Haris Pradipta (25 tahun).
Jepang kini memiliki empat atau lebih ganda putri kelas dunia. Ada Yuki Fukushima/Sayaka Hirota yang kini rangking 1 dunia, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi yang juara Olimpiade 2016, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara yang merupakan juara dunia 2018. Serta Shiho Tanaka/Koheru Yonemoto, peraih perunggu Kejuaraan Dunia 2018
Siapa tahu, kelak Indonesia bisa memutus dominasi Jepang di sektor ganda putri. Sebab, rata-rata ganda putri Jepang kini berusia 26 tahun. Kecuali Mayu Matsumoto yang masih 23 tahun dan Wakana Nagahara yang mash 22 tahun.Â
Terpenting, semoga ganda putri muda Indonesia tidak layu sebelum berkembang. Salam bulutangkis