Apakah jarum jam berputar lebih cepat di Carrington, markas Manchester United? Rasanya begitu. Segalanya seperti berjalan lebih cepat di United. Pelatih United, Jose Mourinho mungkin juga merasakan hal seperti itu.
Ya, rasanya baru pekan kemarin melihat United mengangkat trofi Community Shield usai mengalahkan Leicester City 2-1. Rasanya baru beberapa hari lalu mendengar United meraih tiga kemenangan beruntun di pekan awal Liga Inggris 2016/17 dan sempat memimpin klasemen di pekan pertama. Rasanya baru kemarin mendengar suara-suara optimisme bahwa United akan menjuarai Liga Inggris seiring datangnya Paul Pogba, Zlatan Ibrahimovic dan juga henrikh Mkhitaryan.
Yang terjadi sekarang, United mengalami tiga kekalahan beruntun hanya dalam delapan hari. Ya, delapan hari kalah tiga kali. Usai kalah 1-2 dari tim sekota Manchester City di Liga Inggris (10/9), kalah 0-1 dari klub Belanda, Feyenoord Rotterdam di matchday I fase grup Europa League (16/9). Dan terakhir, dipermalukan 1-3 oleh tim yang selama hampir 30 tahun tak pernah menang melawan mereka, Watford (18/9).
Yang terjadi sekarang, United kini tercecer di posisi ketujuh dalam klasemen Liga Inggris dan tertinggal enam poin dari pimpinan klasemen, Manchester City. Suara-suara yang menvonis United tidak akan mampu juara seiring penampilan solid City di bawah kendali Pep Guardiola, mulai bermunculan.
Yang terjadi sekarang, United yang awalnya penuh dengan aura positif dan dihiasi pujian sang pelatih kepada pemainnya, kini bak rumah yang panas. Di hadapan wartawan, Mourinho blak-blakan menyindir bek kiri Luke Shaw sebagai titik lemah United ketika kalah dari Watford. Mourinho juga mendapat pekerjaan rumah perihal posisi sang kapten, Wayne Rooney yang tengah dalam sorotan seiring penampilan kurang oke.
Pendek kata, Mourinho yang serasa berbulan madu di masa-masa awal kepelatihannya d United, kini justru bak menghadapi “kiamat kecil”. Mourinho kini dihadapkan pada seabreg pekerjaan rumah yang rumit, pelik dan sulit. Apa saja?
1. Mengontrol Emosi
Banyak yang tahu bila Mourinho yang bukan merupakan mantan pesepak bola, membangun karier kepelatihannya dengan berbekal kemampuan dalam menganalisa lawan, mengenali potensi nya dan juga kekuatan dalam motivasi pemain. Dengan kekuatan itu, Mourinho menempatkan dirinya sebagai pelatih top Eropa.

Kini, Mou juga mulai memperlihatkan riak hubungan yang tak harmonis dengan pemain. Dia mendamprat Luke Shaw usai laga melawan Watford. Kolumnis Daily Mail, Martin Keown menilai, mudah saja bagi Mou mencari siapa “villain” kekalahan United dengan memilih Shaw, pemain berusia 21 tahun. Namun, Keown lantas bertanya, apakah Mou punya nyali untuk menyalahkan Zlatan Ibrahimovic. Mourinho seharusnya lebih bijak untuk tidak mengobral kekecewaan pada pemainnya di muka publik.
2. Posisi Rooney