Di tengah panasnya cuaca tropis Indonesia, minuman segar menjadi incaran banyak orang. Salah satu minuman yang harus dicoba adalah es alpukat kocok yang berada di Jl Taman Siswa, Yogyakarta. Kapan lagi bisa minum es alpukat kocok disaat cuaca lagi terik-teriknya dengan harga yang sangat terjangkau?
Pada tahun 2021 yang lalu, saat masa pandemi COVID-19, menjadi titik balik bagi banyak orang. Bagi sebagian besar, itu adalah masa sulit. Namun, bagi Riski itu adalah momen untuk memulai langkah besar dalam hidupnya, yaitu membangun usaha Es Alpukat Kocok yang kini dikenal luas di kawasan Taman Siswa, Yogyakarta.
Berbekal pengalaman kerja di bidang pelayanan, dimulai dari menjadi barista, bekerja di hotel sebagai waiters, dan bahkan sebagai pramugara kereta, Riski memutuskan untuk merintis bisnis kuliner yang sudah lama menjadi hobinya: meracik minuman segar. Ia mengumpulkan modal dari gaji kerja sebelumnya dan membuka stand kecil di Jl. Taman Siswa (Tamsis), salah satu jalan tersibuk di pusat kota Jogja. Pilihannya sangat tepat, karena jalanan ini selalu ramai dilewati mahasiswa, pekerja, dan warga lokal yang menjadi target pasar utamanya.
"Saya sudah terbiasa melayani orang dan suka jualan. Jadi saya pikir, kenapa tidak dijadikan usaha sendiri saja?" tutur Riski.
Cita rasa khas dari alpukat kocok Riski ini berbeda dengan penjual alpukat kocok lainnya, Riski memiliki resep khas yang jadi daya tarik utama pelanggannya, ia menggunakan susu UHT (Ultra High Temperature) dalam racikannya. Meski harganya lebih mahal dibandingkan susu biasa, ia tetap memilih bahan tersebut karena memberikan rasa manis yang lebih pas dan bisa disesuaikan dengan keinginan pembeli.
"Saya ingin bikin minuman yang bisa saya kontrol rasanya. Pakai susu UHT itu memang mahal, tapi rasanya lebih stabil dan bisa nyesuaiin permintaan pelanggan," jelasnya.
Bahan utama dari es alpukat kocok ini hanya dua, yaitu alpukat segar dan susu UHT. Tapi dari kombinasi sederhana itu, Riski bisa menghasilkan minuman yang segar, creamy, dan digemari banyak orang. Tak jarang pelanggan datang kembali hanya untuk menikmati racikan khas Riski yang berbeda dari yang lain.
Rutinitas sehari-hari yang dilakukan oleh Riski adalah memulai pagi dengan kulak bahan terutama alpukat segar. Setelah itu, ia menyiapkan semua kebutuhan bahan baku di rumah. Menjelang siang hingga sore, ia mulai membuka stand di tepi jalan Tamsis, dan siap menyambut pembeli.
Namun, menjadi penjual minuman dingin tidak selalu mudah. Tantangan terbesar justru muncul pada musim hujan dan masa-masa liburan panjang seperti libur semester atau lebaran. Di masa itu, pelanggan utamanya yaitu mahasiswa dan pekerja banyak yang pulang kampung, dan target pasar es pun menurun drastis. Tapi dengan adanya hambatan penurunan target pasar, Riski tidak menyerah begitu saja. Ia memanfaatkan teknologi yang ada, Ia menggunakan online shop sebagai alternatif lain untuk menjual dagangan es alpukat kocoknya.
Selain itu, tahun pertama menjadi masa terberat bagi Riski. Ia masih belum menemukan target pasar yang tepat, belum punya strategi branding, dan sempat merasa kehilangan arah. Tapi dengan kekonsistenannya, Ia mampu bertahan dan berjuang keras sampai detik ini.
"Tahun pertama itu berat banget. Belum tahu siapa yang mau beli, belum tahu cara ngenalin produk ke orang. Tapi saya gak mau nyerah. Saya yakin usaha ini bisa jalan kalau saya konsisten," katanya mantap.
Dari satu pelanggan jadi pelanggan tetap adalah salah satu momen yang paling membanggakan oleh Riski, ketika pelanggan mulai datang kembali, bahkan berkali-kali dalam seminggu. Dari sanalah ia tahu bahwa racikan es-nya diterima dengan baik. Ia selalu memperhatikan pola pelanggan, apakah mereka kembali atau tidak, dan tak segan menanyakan secara langsung:
"Saya biasa nanya langsung, kayak 'kemarin kemanisan gak? Enak gak?' Biar tahu dan bisa diperbaiki."
Dari komunikasi antar pelanggan dan penjual inilah loyalitas pelanggan terbentuk, meskipun usaha ini belum pernah ikut festival atau bazar karena keterbatasan tenaga. Riski menjalankan usahanya sendirian, tanpa karyawan, dan stand-nya yang menetap membuatnya tidak fleksibel untuk pindah-pindah tempat.
Ke depannya, Riski bercita-cita ingin punya cabang sebanyak-banyaknya, bahkan suatu hari ingin membuka coffee shop yang bisa menyajikan aneka minuman segar hasil racikan sendiri. Ia percaya bahwa dengan konsistensi dan kerja keras, semua hal itu bisa dicapai.
Ia juga punya pesan khusus bagi siapa pun yang ingin memulai usaha kecil seperti dirinya, "Jangan patah semangat di tahun pertama. Biasanya orang gagal karena fokusnya cuma pengen balik modal cepat. Padahal harusnya fokus dulu ke branding, cari pasar, dan konsisten. Kalau udah bisa lewatin tahun pertama, itu udah lulus ujian," kata Riski penuh semangat.
Usaha Alpukat Kocok Riski adalah bukti bahwa bisnis tidak harus dimulai dengan besar. Yang penting adalah kemauan, konsistensi, dan kemampuan membaca peluang. Dari pinggir jalan di Tamsis, Riski membangun harapannya satu gelas demi satu gelas.
Bagi siapa pun yang lewat Jogja dan ingin mencoba segelas kesegaran khas, mampirlah ke stand Riski. Di balik rasanya yang nikmat, ada cerita tentang tekad, keberanian, dan semangat pantang menyerah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI