Sahabat bermanfaat sekalian, di Bulan September 2017 kemarin Birmingham mengadakan Birmingham Heritage Open Weekend. Jadi, di weekend tersebut, tempat-tempat wisata yang menjadi bagian dari warisan budaya dan sejarah kota Birmingham dibuka gratis untuk umum. Bayangan saya tentunya tempat-tempat wisata tersebut akan diserbu imigran-imigran modal cekak termasuk saya. Mumpung gratis euy. Maklum, meskipun tiket masuknya untuk standar Inggris mungkin tidak mahal, tapi begitu dirupiahkan ya nampol banget lah. Sebagai gambaran, harga tiket masuk keluarga ke Birmingham Botanical Garden sebesar 19.80 sementara Winterbourne House and Garden sebesar 18. Ingat, ini pounsterling, bukan dollar.
Nah, salah satu hal lain yang terlintas dalam pikiran saya adalah kayaknya enggak bakal banyak orang bule di sana. Ya maklum lah, dengan tingkat kesejahteraan yang sudah tinggi, kayaknya wagu (aneh) lah ya  kalau highly respected British people mau repot-repot cari gratisan. Mereka kayaknya bisa saja ke tempat wisata kapan saja mereka mau, dan mungkin juga sudah bosan ke situ-situ aja.
Namun ternyata, asumsi saya salah. Ketika sudah mendekati Birmingham Botanical Garden, terjadi kemacetan jalan yang cukup panjang. Terdapat banyak orang yang berjalan di pinggir trotoar, bahkan termasuk para bule. Seorang bule tiba-tiba bertanya, "Ada apa ini kok rame bener?" yang dijawab oleh penumpang lainnya, "Botanical garden lagi dibuka gratis." Dari situ saya menyimpulkan bahwa pemandangan kemacetan di depan Botanical Garden plus ramainya orang berjalan di trotoar menuju sana ketika weekend bukan hal yang lumrah. Dan karena pemandangan itu tidak lumrah, makanya bule tersebut bingung.
Dan benar saja, ternyata di dalam rame bener. Mau imigran paket kere hore sampai bule inggris tumpah ruah di dalam taman. Meski enggak sampe selevel ramenya ragunan di liburan hari raya Idul Fitri, tapi untuk ukuran kota Birmingham yang jumlah penduduknya hanya 1,1 juta jiwa, ini jelas rame bener. Saking ramenya, mau foto-foto aja susah bener karena orang lalu lalang. Dan bukan hanya di dalam Birmingham Botanical Garden,tapi ketika saya beralih ke tempat wisata lain, yaitu Winterboune House and Garden, keramaian juga tampak. Luar biasa.
Satu yang saya heran, selama Birmingham Heritage Open Weekend,hampir sama sekali saya tidak bertemu orang Indonesia di acara ini. Hanya satu keluarga Indonesia yang kami temui, itu pun gara-gara jalanan macet dan bus tertahan sehingga kami lama menunggu bus. Padahal mahasiswa Indonesia banyak banget di Birmingham, baik yang masih single atau pun yang bawa keluarga. Apa jangan-jangan malah mahasiswa Indonesia pada enggak doyan gratisan ya?
Baca juga tulisan saya yang lainnya di:
Sebelum Memutuskan Ambil Master Ekonomi di Luar Negeri, Baca Ini Dulu
Kenapa Ngontrak Rumah di Inggris Lebih Enak Enggak Deket Kampus