Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksistensi Museum dan Kita

12 Oktober 2022   23:35 Diperbarui: 12 Oktober 2022   23:38 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanggal 12 Oktober diperingati secara Nasional sebagai Hari Museum Nasional. Penetapan tanggal tersebut untuk memperingati Musyawarah Museum Se-Indonesia Pertama yang digelar pada 12 -14 Oktober1962 di Yogyakarta. 

Kata museum sendiri berasal dari bahasa latin  "museum" (musea). Akarnya,  dari bahasa Yunani "mouseion yaitu kuil yang dipersembahkan untuk Muses atau sembilan dewi seni dalam mitologi Yunani. 

Di Indonesia sendiri terdapat 436 Museum yang tercatat di Kemendikbud. Hampir disetiap Ibu Kota Propinsi atau Kabupaten/Kota minimal terdapat 1 Jenis Museum.

Pertanyaannya sekarang masih relevankah keberadaan Museum -- Museum yang ada? Bagaimana Museum ini dapat bertahan memberikan edukasi kepada masyarakat modern yang hidup di dunia serba digital. Dimana ada istilah "dunia ada di genggaman" merujuk kepada Smartphone yang bisa memberikan hampir semua informasi yang kita perlukan.

Mungkin kalau ditanya ke kita siapa yang mengunjungi museum ? Hampir semua kita terlintas anak-anak sekolah yang "disuruh" oleh sekolah/guru untuk antri masuk ke museum. 

Kemudian tanpa ada petanyaan kritis hanya ikut masuk dan mendengar penjelasan dari penajga museum. Yang diakhiri dengan foto -- foto dan membentangkan spanduk "kunjungan ke Museum".

Harus diakui museum -- museum di Indonesia belum mampu menjadi tujuan utama para pelancong / pelajar / turis yang ingin belajar secara mandiri . Jangan bandingkan dengan museum-museum Internasional seperti Museum Louvre di Paris atau British Museum di London dimana ketika kita pergi ke negara tersebut maka museum  tersebut masuk dalam list tempat yang harus dikunjungi. Ada kebanggaan tersendiri ketika berkunjung / sekedar berfoto di depan museum museum tersebut.

Memang ada beberapa museum yang bersolek dan keberadaanya dibuat lebih modern seperti Museum Angkut di Batu Malang atau Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta yang rame di pelatarannya. Ada juga museum Tsunami di Aceh yang bentuknya sangat ikonik. 

Museum-museum tersebut sedikit banyak bisa memberikan "warna" berbeda dengan museum lain yang dicitrakan terkesan tua, kuno,monoton dan kurang manarik. Pun -- Museum Nasional yang harusnya menjadi trendsetter, menjadi pionner dalam perubahan Museum.

Museum sendiri secara kedudukannya di bawah Ditjen Kebudayaan di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun pada hakeketnya Museum sendiri memliki banyak aspek termasuk di dalamnya aspek ekomoni dari kunjungan pariwisata. Maka Keberadaan Museum sebenarnya berkaitan erat dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Mungkin karena keberadaannya di bawah Kemendikbud yang fokus utamanya adalah edukasi maka segi/aspek ekonomi dari Museum belum tergali secara maksimal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun