Mohon tunggu...
Gusti Maharani Tri Mukti
Gusti Maharani Tri Mukti Mohon Tunggu... Mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Saya merupakan seorang mahasiswa dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang memiliki ketertarikan dalam dunia bahasa, media sosial, dan isu-isu sosial budaya yang berkembang di masyarakat. merupakan salah satu dari generasi muda yang tumbuh di tengah arus digital, saya sering mengamati bagaimana bahasa mengalami perubahan, terutama melalui tren-tren yang muncul di media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perubahan Kosakata Bahasa Indonesia Akibat Trend Media Sosial Di Ruang Publik Kota

30 Juni 2025   23:38 Diperbarui: 30 Juni 2025   23:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara pengunjung  di Kogu Space Surabaya  ( sumber : dokumentasi pribadi ) 

Surabaya 22 Juni 2025 - Perkembangan di media sosial sekarang tidak hanya mengubah cara masyarakat berkomunikasi, tetapi juga mempengaruhi kosakata bahasa Indonesia mereka yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, terutama di Cafe Kogu Space Surabaya. Fenomena ini terlihat jelas dari para pengunjung Cafe berinteraksi, baik saat berbincang santai dengan teman-teman maupun saat memesan menu. 

Saat dijumpai di Cafe Kogu, Fatima (20), mahasiswa yang rutin berkunjung di Cafe Kogu tersebut mengaku bahwa kosakata dari media sosial sudah termasuk dari obrolan dalam sehari-hari. " Waktu mengobrol sama teman-teman kita sudah sering memakai kosakata baru dari media sosial seperti 'Baper', 'YTTA', atau 'Gemoy' itu sudah sering banget dipakai sehari-hari. Malah kadang lucu kalo misal ada yang ngobrol terlalu formal, kesannya kaku" Ujar Fatima. 

Menurut Fatima, penggunaan kosakata baru yang kita jumpai dari media sosial membuat suasana obrolan jadi lebih akrab dan santai. Ia juga menambahkan, “Di Cafe Kogu ini, kita bisa lihat sendiri, hampir semua orang ngobrol pakai istilah-istilah kekinian. Bahkan kadang ada juga yang update stori pakai caption yang lagi tren di TikTok atau Instagram.”

Namun, Fatima juga menyadari bahwa tidak semua orang nyaman dengan perubahan ini. “Kadang ada juga yang merasa bingung dengan kosakata baru yang sering kita temukan  di media sosial , apalagi orang yang lebih tua. Tapi menurut saya, selama konteksnya santai dan enggak dipakai di situasi formal, enggak masalah sih,” jelasnya.

Fenomena perubahan kosakata baru yang sering kita temukan di media sosial ini juga diyakini oleh pengelola Cafe Kogu, yang mengaku sering mendengar istilah-istilah baru dari para pengunjung. Mereka menilai, tren ini adalah bagian dari dinamika bahasa yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi dan media sosial. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun