Kemarin sore ia didatangi oleh tiga kepala tukang yang mewakili dua belas anak buah. Harga jasa dan lain-lain sudah mereka sepakati. Hari ini pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah pembuatan saluran dari bahan batu kali.
Akan tetapi hari ini Demun tidak akan datang ke lokasi, karena kemarin siang sudah datang beserta istrinya. Ketika obrolan mengenai pekerjaan proyek dibahas bersama dengan Sarwan, Odang, dan Oji di ruang pemasaran yang sempit, istrinya hanya duduk santai di teras bersama seorang petugas pemasaran yang cantik bernama Zaenab.
"Nanti kita lihat langsung hasil kerja kalian," kata Demun.
"Baik, Pak," sahut Lia.
"Ibu mau ikut juga? Jangan! Nanti kulit Ibu rusak gara-gara matahari panas ini. Lokasi juga masih banyak debu. Percuma Ibu pakai masker setebal apa pun."
Sambil menyeduh kopi dan mengingat pertemuan kemarin, Lia tersenyum kecil atas perhatian Demun itu. Ia juga membanding-bandingkan kondisi tubuhnya dengan istri Demun yang agak tambun dan berpenampilan tidak seperti ibu-ibu sosialita yang mentereng.
Dasar, aki-aki, batinnya.
Setelah menyeduh kopi dan membawa cangkir, Lia bergerak ke kamar untuk mengambil ponsel lalu menuju teras. Sebentar kemudian ia menelepon Odang.
***
Selamat dan semangat pagi
Selagi matahari masih terbit, tersenyumlah
Sebab asa selalu mengiringi usaha
Selain pesan pagi itu, Lia juga membuka-buka lagi pesan lainnya dari Demun. Ada bunga-bunga. Gambar hati, bahkan seorang gadis sedang berpakaian mini.