Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiada Pelukan Lain Sepeluk Penuhmu

23 April 2018   03:57 Diperbarui: 23 April 2018   04:41 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Pelukanmu adalah muara seluruh rinduku
Yang terjejak di antara tebing-tebing batu-batu
Sebelum kelak laut samudra menautkan dengan
Gelombang badai segala kemungkinan menjadi
Rinai-rinai di perbukitan pegunungan yang enggan
Didaki para pemuja ngarai telaga dan pantai
 
Aku sudah melampaui pelukan demi pelukan
Kehangatan hanya tombol-tombol mesin pemanas
Matahari rembulan cuma sebuah bola lampu
Tinggal bagaimana suasana sesaat mengendali
Sakelar-sakelar di tembok jantung berharga mati
Seakan pelukan paling elok hanya milik sendiri

Aku sudah menyesap embun-embun hujan-hujan
Dari kemasan misteri memerah peluh darah
Bikinan jejari berkuku hitam runcing beracun
Berkaitpaut jejari berkuku daging sendiri
Terkapar pun aku tiada siapa mendekat memberi
Pelukan paling melarut setiap keluh

Dalam pelukanmu tiada tembok bersakelar rahasia
Tiada langit-langit bualan para rakus berkain beludru
Matahari rembulan merobek selubung tebal legam
Mitos-mitos lapuk merapuh tulang menyedot sumsum
Meloroti otot-otot hingga belatung pun gantung diri

Dalam pelukanmu langit tetaplah langit
Menaungi awan-awan mendung-mendung
Uap peluh sekujur tubuhku leluasa mengusapnya
Embun dan hujan menetes-netes di keningku
Merembes kembali ke seluruh relung rindu

Pelukanmu adalah muara seluruh rinduku
Hanyutkan segenap desah paru detak jantung
Denyut nadi denyar mata desau mulut

Sungguh aku tengah menyerah utuh di pelukanmu
Tiada pelukan lain sepeluk penuhmu

*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 23 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun