Mohon tunggu...
Gusnadi Gusnadi
Gusnadi Gusnadi Mohon Tunggu... Guru - Mencari Ilmu

carilah ilmu kapan dan dimana saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

BDR ala H Agus Salim

5 Desember 2021   19:07 Diperbarui: 5 Desember 2021   19:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sementara pelajaran pun diberikan seperti sambil bermain, Maatje suka sekali berpantun, menyanyi dan bercerita. Pantun, nyanyian, dan ceritanya disampaikan dalam berbagai bahasa mulai dari bahasa Belanda, Inggris, Melayu dan Minang. Tapi, yang paling sering dalam bahasa Belanda, bahasa yang umum dipakai pada zaman itu. Selain itu Paatje memang sengaja membiasakan mereka berbahasa Belanda agar anak-anaknya tidak minder jika bergaul dengan anak-anak lain. 

Lewat sang bunda inilah anak-anak diberikan kemampuan dasar berhitung, menulis dan membaca, serta dasar dasar agama. Namun, untuk hal-hal selanjutnya mereka mencari dari buku. Dalam keluarga H. Agus Salim, buku merupakan jendela ilmu pengetahuan.

Selain itu anak-anak dibiarkan mengembangkan minat sendiri dan diikutsertakan dalam kegiatan dirumah.  Atia misalnya anak tertua yang tak tahan asap, bertanggung jawab dalam soal jahit-menjahit pakaian seluruh keluarga. Tapi Atia juga suka bergaul dengan teman-teman sebaya. 

Taufik berminat pada matematika dan suka sekali membaca. Adiknya, violet, bertugas memasak, sementara maria bertugas membersihkan rumah. Konon, keluarga ini mentradisikan turutnya anak-anak menyambut tamu, anak-anak juga bebas berdiskusi. 

Tentu saja mereka tak luput dari kesalahan sehingga mendapatkan teguran. Tapi, Maatje tidak pernah kehilangan kendali emosi. Ia tidak pernah menyebut "anak nakal", tetapi sebagai gantinya "anak tidak manis", tidak ada bentakan dan omelan. 

Kalau berbicara tentang pendidikan, tentu orang akan mempertanyakan hasilnya. Paling tidak, apakah anak-anak yang dididik dengan cara diatas dapat hidup layak atau tidak. 

Ternyata, putri kedelapannya bisa bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebelum menikah dengan Sunharjo, mantan konsul di Jepang. Bahkan setelah suaminya meninggal, pada usia 38 tahun, ia bekerja kembali di perusahaan asing dengan pengahasilan yang cukup. 

Sementara putri tertua Atia, aktif dengan gerakan wanita dan organisasi Lembaga Indonesia-Amerika. Sedangkan Taufik Salim pernah bekerja pada Inter Vista, sebuah biro iklan sekaligus menjadi penerjemah. 

Putri ketiga Violet,  menjadi ibu rumah tangga di Yogya. Sedangkan Islam Salim berkecimpung di ketetaraan dan pernah menjabat atase militer di China. Sidik Salim (si bungsu) yang ikut sekolah formal bekerja pada Bank Of America. 

Setidaknya anak-anak didikan Maatje yang lembut dan necis ini dapat menghidupi keluarga mereka dengan baik.

Namun penerapan pendidikan seperti diatas saat ini mungkin cocok dengan situasi dan zamannya, apalagi pada zaman Covid-19, kita bisa meniru pengalaman Maatje untuk menbantu anak-anak betah  Belajar Dari Rumah (BDR).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun