Mohon tunggu...
Agus Buchori
Agus Buchori Mohon Tunggu... Administrasi - Arsiparis

saya seorang guru biasa di sma swasta dan juga pns di Dinas Kearsipan Kabupaten Lamongan. saya menyukai dunia tulis menulis. itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepercayaan Itu Mahal

19 November 2019   16:24 Diperbarui: 19 November 2019   16:25 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kepercayaan adalah sebuah barang mahal. Tidak mudah mendapat percaya dari seseorang apalagi di zaman yang penuh hoax sekarang ini. Ketika sebuah informasi menjadi penuh keraguan di manakah kita akan mencari kepastian. Ketika saluran resmi pun sudah dicurigai lantas kepada siapa lagi kita akan berpaling.

Akhir akhir ini sebuah berita tentang keburukan dan kekurangan seseorang gampang sekali kita nikmati. Tinggal ngeklik kita bisa membaca dan kadang tak terasa kita menjadi bagian dari penulis berita itu dengan menyebarkannya.

Di dunia tidak ada yang tidak mungkin, namun kebingungan para pengonsumsi berita jelas terjadi dengan adanya kabar burung yang tidak pasti kebenarannya tersebut. Bagi pihak yang selalu kritis dengan apa yang ia baca, akan bertanya tanya apakah semua ini benar ataukah hanya efek dari kebencian seseorang terhadap orang lain semata.

Kita hanya bisa menunggu, karena biar bagaimanapun, kita hanya pengonsumsi berita atau informasi yang begitu mudah dikonsumsi karena kemudahan sarana atau media informasi.

Dalam hidup dikenal tiga macam cobaan yang lazim dikenal dengan istilah tiga TA: Harta, Wanita, dan Tahta. Namun, di antara ketiga itu, yang paling berbahaya dan paling menggoda adalah "Ta" yang terakhir yaitu Tahta atau Kekuasaan. Kekuasaan inilah yang mempermudah seseorang ataupun golongan untuk mendapatkan dua Ta yang sebelumnya yaitu Harta dan Wanita.

Dalam setiap perebutan kekuasaan kita bisa mengambil pelajaran dari masa lampau bagaimana kekuasaan diperebutkan hingga melupakan sanak saudara bahkan tak jarang sampai menumpahkan darah. Kini, di zaman modern ini perebutan kekuasaan memang tak lagi berdarah darah seperti zaman baheula. Ada mesin mesin politik yang menjadi sarananya untuk mendapatkan kekuasaan itu.

Kita sebagai negara yang berbhineka tunggal ika yang sudah banyak mengalami kerugian sejak zaman kolonial hanya karena kita berbeda dan dimanfaatkan oleh para penjajah dengan mengadu dombanya. Melihat gejala ini, di mana Pileg dan Pilpres tengah naik tensinya,   tentunya saya berfikir apakah harus saling curiga dan membenci.

Bila kita tidak kritis dan bisa menahan diri dengan hal ini,  kita akan diketawakan oleh orang asing bagaimana kita begitu mudah di panas panasi untuk saling memusuhi keluarga sendiri hanya karena kita mabok kuasa.

Isyu-isyu SARA sering mewarnai setiap pemilihan umum terutama di daerah yang majemuk kondisi sosial budayanya. Harusnya, kita menyadari bahwa tujuan kita bernegara adalah hidup bersama, bahagia bersama, dan makmur bersama, tanpa ada yang mendominasi karena kita mempunyai konstitusi yang disepakati bersama.

Terlepas dari keinginan keinginan pribadi dan golongan, harusnya keinginan berkuasa jangan sampai menjadikan kita lupa diri meski berkuasa itu menyenangkan bagi yang rakus kekuasaan. Siapapun penguasa harusnya selalu waspada agar tidak tergelincir dalam godaan Harta dan Wanita.

Tak perlu lagi saling curiga hanya karena ingin berkuasa karena saya meyakini bahwa niat tulus tidak akan dilakukan dengan jalan menjelek jelekan orang lain. Karena hanyalah si bodoh yang meyakini bahwa jalan tercepat memperoleh simpati adalah dengan jalan menjelek-jelekan orang lain. Raihlah kekuasaan dengan cara yang bijaksana jangan saling curiga supaya kekuasaan itu bisa menjadi berkah buat sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun