Mohon tunggu...
Gus Khoyik Imam Basori
Gus Khoyik Imam Basori Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Industri\r\nUniversitas Mercu Buana\r\nJakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bencana Paling Besar Adalah "Eksistensi Individual"

9 Desember 2010   16:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksistensi. Kadang-kadang, kita perlu juga untuk kepentingan bernegara misalnya. eksistensi sebuah negara bolehlah jadi sebuah acuan untuk menuju nasionalisme. tapi saat eksistensi keblabasan jadinya malah chauvinisme ujung-ujungnya. Beberapa hari ini saya sering ngobrol dengan kawan-kawan mahasiswa sebuah universitas negeri. Mereka bilang ada pertempuran ideologi yang menjadi sangat ricuh dan berakibat pada perpecahan antar organisasi mahasiswa. satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lain jadi sibuk saling menjelekkan dan mulai heboh memilih kelompok-kelompok yang mereka anggap paling benar tanpa menimbang obyektifitas dan sama sekali tak ada yang berinisiatif menjadi penengah. Sungguh hebat sang pendiri orde baru itu. Dia sudah meninggalkan dunia ini. tapi kultur fedolismenya masih juga dijunjung tinggi generasi muda negeri ini. Kanalisasi yang dibuatnya masih cukup masif diterapkan di otak-otak para mahasiswa itu. Hebat, hebat, sungguh hebat. Saya tak habis pikir dengan strategi luar biasa yang dibuatnya sungguh mengakar kuat dalam benak manusia-manusia Indonesia. Rupanya, selama 32 tahun penuh, ia berhasil menghabisi nasionalisme dan persatuan indonesia itu. Sektarian, primordial seakan menjadi legitimasi atas perpecahan yang ada saat ini. Bagi saya, mereka yang sedang berkutat saling pukul dan saling hantam itu adalah mahasiswa paling bodoh sepanjang sejarah. Mau saja mereka dibodohi sistem hanya karena persoalan STATUTA bikinan orde baru. NKK/BKK, PUOK, apalah itu namanya, mereka masih saja menyepakati sistem itu. Padahal, bukannya ketika 1998 mahasiswa-mahasiswa di seluruh Indonesia sudah menolak mentah-mentah diskriminasi, kanalisasi bikin orde baru? Lalu mengapa hingga saat ini mereka masih juga sepakat dan menjalaninya seolah-olah hal itu adalah harga mati? Dan mereka, pemangku kebijakan itu, sedang menikmati leluhur mereka yang agung (orde baru) untuk menghabisi persatuan gerakan mahasiswa serendah-rendahnya, sebersih-bersihnya. Dibiarkannya mahasiswa itu ribut sendiri karena eksistensi individual oraganisasi mereka masing-masing yang dinamakan "sebuah keluarga". Ironis, Ironis.. Semua yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan membunuh diri mereka sendiri. dengan terpecahbelahnya mereka, dengan sekali tepuk, para pemangku kebijakan pun akan memberikan bom terbesar yang akan mereka anggap sebagai kembang api yang indah. Ironis, ironis, Mahasiswa-mahasiswa itu hanya menganggap keluarga kecil (organisasi) mereka adalah segala-galanya tanpa ada perspektif persatuan gerakan yang bisa mengubah kondisi kampus menjadi lebih maju dan lebih sesuai dengan esensinya sebagai penggodok tenaga ahli yang akan memberikan pengabdiannya pada masyarakat. Ironis, ironis, mahasiswa-mahasiswa itu semakin sempit memandang sebuah eksistensi. mereka anggap eksistensi adalah titik berat dalam pelajaran beroganisasi. jika organisasi mereka diinjak, mereka merasa terusik dan balas menginjak bahkan menggasak siapapun yang mengusik. sebaliknya, jika negeri mereka diusik, mereka diam saja sambil tetap berdiskusi dan menjalankan strategi event organiser mereka untuk dapatkan untung sebanyak-banyaknya dari generasi muda selanjutnya. Bagi saya, bencana paling besar dalam sejarah mahasiswa adalah eksistensi yang menekan individualistik mereka. mereka sudah lupa bergerak bersama-sama. mereka sudah lupa dengan kolektifitas, mereka lebih suka belajar dari leluhur mereka yang tercinta "ORDE BARU" dengan atau tanpa mereka sadari. Lagu-lagu mereka bukan lagi tentang perlawanan terhadap sistem pembelenggu negeri ini, film-film mereka hanyalah film yang berisi desahan nafas dan lenguhan nafsu, kesenian-kesenian mereka hanya berkutat pada kepentingan-kepentingan hiburan. diskusi-diskusi mereka hanya berhenti pada satu buku berpindah pada buku yang lain. onani otak yang terpuaskan jika memenangkan sebuah pendiskusian berujung pada eksistensi pribadi. Orde baru telah melahirkan mahasiswa-mahasiswa yang mengabdi pada kepentingan-kepentingan pribadi dan modal, dan kini, AKTOR terbaik negeri ini telah meLANJUTKAN perjuangan sang guru besar (orde baru) untuk menumpas mereka yang punya pikiran maju tentang persatuan gerakan. Jadi para mahasiswa yang telah merasa punya keluarga (organisasi kampus), jika saya dan kawan-kawan yang perduli pada negeri tempat saya dan kawan-kawan bernaung ini berteriak di telinga para penguasa itu namun kalian masih tetap asyik dengan eksistensi kalian, jangan harap kalian bisa bernafas di negeri ini. silahkan berjalan-jalan ke eropa tempat kalian mengadopsi ilmu, silahkan kalian plesir ke Amerika, tempat kalian menyembah berhala eksistensi individualistik. karena Indonesia hanyalah tempat bagi mereka yang merasa memiliki negeri ini, bukan mengacuhkannya! Kejatuhan Soekarno adalah kejatuhan karena tangan-tangan imperialisme, tapi untuk kejatuhan soeharto, saya takluk, saya hormat, mereka dibunuhi, diculiki, tapi bisa membuat harto terjengkang. itu sejarah terbesar dalam sejarah umat manusia, ingat itu! (pramoedya ananta toer)


Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun