Mohon tunggu...
RAMDAN SANI
RAMDAN SANI Mohon Tunggu... Guru - Pojok Pembelajaran Sepanjang Hayat

Guru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kegiatan Menulis Rama, Resi dan Ratu

15 Juli 2021   14:58 Diperbarui: 16 Juli 2021   16:18 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gambar tritangtu, you tube


BUKAN PERISTIWA BUKAN KEJADIAN OBROLAN RINGAN

BANDUNG, GURU R. SANI, 2021

EQ, sebuah renungan pembelajaran sepanjang hayat...

     Menulis menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan di tengah pandemik, tetapi jangan melupakan tata aturan main yang berlaku di masyarakat. minimal tidak menyinggung hanya berekspresi bedanya publikasi sangat cepat sehingga ketersampaian ungkapan sangat tidak bisa diawasi dan di kontrol sehingga harus hati-hati ketika menuangkan karya, itu yang terpikir. 

     Berhubungan dengan banyak orang yang kadang tidak sama pemikiran dan hatinya, Ekspresi hati ekspresi pikiran menjadi sumbangan pemikiran kehidupan, bahan sebuah renungan jiwa. Selama karya masih bebas untuk berekspresi partisifasi menjadi bagian hidup. Bacan di baca tulisan terus dibuat, melihat media sangat luar biasa setiap hari ribuan tulisan menjadi susunan hurup yang bermakna. ada cerita sebenarnya, ada cerita hati yang sebatas ungkapan ekspresi diri yang tidak berhubungan dengan kenyataan hanya sebatas rangkaian huruf yang diberi makna,  A sampai Z merupakan hal yang luar biasa mewakili ribuan kata dan kalimat menjadi aksara.

Kita buat susunan huruf dan kata apa bisa dimengerti, keluar sebentar dari seriusnya huruf, bismilah.

"Berbuat salah, berkata salah dan diam juga salah. Serba salah. perang antara hati dan pikiran...

pikiran pergi hati melamun. hidup? raga diam!.

     Hati dan Pikiran merupakan karunia kehidupan yang diterima manusia dari tuhannya, hidup telah diberi dengan batas waktu walaupun tidak tau sampai kapan. keinginan pengabdian menjadikan hidup berperan dalam kehidupan terbatasi dengan kenyataan yang tidak semanis impian. Setiap manusia pastinya ingin diakui, entah apa yang diakuinya padahal semua adalah gerak langkah sang pencipta, ibadah hati ibadah pikiran hanya sebatas halusinasi dari fatamorgana kehidupan yang dijalani merupakan mati sebelum mati yang hanya keterpaksaan bukan keyakinan. menjadi kematian hakiki saang resi.

     Materiaristik tahta menjadikan kemanfaatan pengabdian bagi khalayak hanya sebatas hari hari omong kosong, mulut yang berkata berbeda dengan isi hati dan pikiran menjadi kesemuan, kehampaan dan kekosongan. ribuan jiwa jadi korban menjadi zombi kehidupan karena kesalahan, apakah ini takdir atau hanya sebagian kecil panggung kehidupan ketuhanan yang harus dijalani. penumpukan materi menjadi tujuan tak sebanding dengan kebutuhan idealisme bermanfaat bagi hidup dan kehidupan. dimanakah idealisme, dimanakah cita cita, dimanakah tujuan, dimanakah harapan yang menjadi penyemangat hati. menjadi kematian sebenarnya sang ratu.

     Panutan menjadi contoh penolakan kehidupan, menjalani panggung sandiwara hanya untuk mengikuti materialistik tahta agar menjadi kesenangan bagi pelakon utama kehidupan. pengikut dan yang mengikuti menjadi kebingungan ibarat anak ayam kehilangan induknya.mana lagi yang bisa menjadi patokanketika perubahan berjalansesuai keinginan bukan sesuai ketentuan, benar menjadi salah, salah menjadi benar. ketidakpasian yang pasti yang melewati kebenaran hukum alam. menjadikan kematian sebenarnya sang rama.

     Rama, Resi dan Ratu perbedaan jalan kehidupan kehakikian semuanya mati, tri tangtu tidak berfungsi, semua menunggu sampai kapan. mendesak dan sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan. Perdamaian perubahan pemikiran dan hati harus disegerakan jangan sampai tatanan hidup ikut mati. Manusia hanya wayang dari sang dalang. jalan cerita apakah yang dilakonkan sehingga kematian sang ratu, kematian sang rama dan kematian sang resi berada pada waktu yang sama, apakah sang hidup sudah bosan akan jalan yang di tempuh kehidupan yang melupakan pengabdian hati dan pikiran?

     Semakin tersesat dan jauh tersesat terjerembab sangat dalam kelubang materialistik yang semu. alam mulai ikut sakit, laut menjadi aneh. sumber kehidupan berlaku tak semestinya. bumi masih stabil langit masih cerah semoga harapan masih ada. air yang mulai bereksi sumberkehidupan menjadi perlambang ada ketidaksesuaian jalan dengan yang menjalaninya. untungnya bumi masih bersabar dan langit tetap ceria.

     Tritangtu kehidupan sebagai pilar jajaran-jajaran pelakon kehidupan sedang angkara dalam kebingungan, semua mata melihat semua mata mendengar tanpa mampu berkata tanpa mampu berbuat hanya diam menunggu keinginanNya. diam seribu basa di ragawi, berteriak sangat kencang di hati dan pikiran tapi semuanya terlihat diam. apa yang sebenarnya terjadi, pahit kadang menjadi awal kebesaran yang akan berkembang, Tapi apakah kita bisa menunggu dan setuju merasakan pahitnya alur yang semakin hari semakin tak sehat. mengawali hari yang penuh kesenangan.

   Asli lebih dari asli, membela kehidupan dengan bersuara, suara jelas walau tidak bertentangan menjadi wadah bagi kehausan lokal. prasangka baik karena terpenuhinya kebutuhan atau memang asli. berguru jalan yang terbaik bagaimana mereka bisa hebat mencintai, sedang kita hanya mampu menagis diam. tiga kekuatan beradu tiga lawan tiga satu kalah menjadi dua lawan satu masih bingung. tetap belum menemukan jawaban masih seperti yang dulu hati dan pikiran menguasai kehidupan, ruhani tetap hidup menyertai sedangkan ragawi terpenjara harapan dan keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun