Mohon tunggu...
Yusron Fauzi
Yusron Fauzi Mohon Tunggu... Guru, Volunteer, Blogger, Writer, Sociopreneur -

Pembelajar yang Tak Pernah Pintar | Suka membaca dan menulis. Aktivitas sehari-harinya selain sebagai pendidik di MI & MTs IQRO, juga sebagai Pengasuh di Perpustakaan Dhuafa "Rumah Baca Asma Nadia Garut", Ma'had Nurul Musthofa dan Pembina Gerakan Literasi "Komunitas Kalamuna." Visit: www.gurumuda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumahku Bukan di Sini

7 Oktober 2014   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Anak-anak bergotong royong mengumpulkan batu di depan rumah"][/caption]

Sebelum menikah, saya sudah mengazamkan untuk tidak mempunyai rumah sendiri. Ya, aneh memang. Seharusnya seorang kepala rumah tangga memberi nafkah kepada istrinya salah satunya membuatkan rumah. Paling tidak menyewa. Supaya tidak menumpang terus di rumah mertua.

Entahlah saya termasuk suami macam apa. Namun, ada tujuan lain kenapa saya tidak berniat punya rumah sendiri. Kalau memang Allah menaqdirkan saya untuk memiliki rumah pribadi, bagaimana caranya supaya rumah itu bukan hanya dihuni oleh saya, istri dan anak-anak. Saya ingin rumah dijadikan ladang ibadah dan ladang berkah.

Maka, saya bermusyawarah dengan istri juga orang tua di kedua belah pihak bahwa “Maaf. Saya tak bisa membuatkan rumah!” Karena rumah saya bukan di sini.

Apalagi ditambah dengan anak-anak kampung yang belajar mengaji di rumah mertua dimana saya tinggal. Saya semakin bersemangat untuk tak memiliki rumah pribadi. Karena rumah saya bukan di sini.

INILAH ALASANNYA

Semenjak anak-anak kampung belajar mengaji tiap sore dua tahun yang lalu, sering kutanya orang tua mereka – apa pekerjaannya -. Ternyata banyak dari mereka sebagai korban keterabaian orang tua. Bayangkan, dua belas tahun tidak bertemu dengan ayahnya. Bahkan ada lagi anak yang tidak rindu sama sekali dengan ayah kandungnya sendiri. Mengkhwatirkan.

Alasan inilah memotivasi saya untuk membangun sebuah rumah inap yatim piatu dan mereka dhuafa yang terabaikan orang tuanya. Saya mencoba menjadi orang tua mereka. Berbagai cara pun diikhtiarkan. Mengajak para donatur untuk menyisihkan sebagian dari mereka. Alhamdulillah, sampai saat ini tanah seluas sepuluh tumbak sudah dibeli setengahnya. Dan kini masih dalam proses pondasi. Ketika niat baik selalu diikhtiarkan, kemudahan akan selalu mendekat. Saya yakin itu.

Bangunan itu Insya Allah akan saya jadikan sebagai: Rumah Inap Yatim Piatu Dhuafa, Pusat Pembelajaran Kreatif, Pendampingan Kejar Prestasi, Penyaluran Bakat, dll. Semoga saja niat baik ini menjadi lahan saya meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Semoga mereka (anak-anak) menuntun ketika saya tak berdaya. Aamiin.

Salam Ta'dzim

YusronFauzi.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun