Di  kalangan menengah yang tidak kalah  penting kontribusi  perempuan Indonesia adalah guru. Diberbagai daerah guru didominasi perempuan.  Perempuan  yang menjadi guru dengan tekunnya mendidik anak dengan hati.  Merawat keluarga dan merawat anak-anak di sekolah  menjadi kehidupan mereka sehari-hari. Â
Saya melihat guru yang mengajar dengan hati di sekolah juga merawat dan mendidik anak dengan hati.  Guru yang menghasilkan  anak-anak berprestasi di sekolah menghasilkan anak  yang berprestasi juga.  Betapa pentingnya  mengunakan hati dalam mendidik. Â
Dalam pengamatan saya dalam dunia pendidikan korelasi  antara guru yang menghasilkan anak berprestasi  secara otomatis anak kandungnya berprestasi juga.  Sebaliknya,  guru yang  anaknya berprestasi  anak didiknya berprestasi juga.
Perempaun Indonesia itu memang sangat hebat tetapi ada juga yang menggunakan "perempuannya"  untuk kepentingan pribadi.  Misalnya,  ketia Pemilu  Calon Legislatif (Caleg) itu harus 30 % keterwakilan setiap Daerah Pemilihan (Dapil). Â
Dalam rangka  memenuhi regulasi maka  perempuan itu memanfaatkan laki-laki untuk  membiayai  kebutuhannya.  Perempaun itu berulah dengan meminta biaya terkait Caleg memanfaatkan lakilaki dengan alasan kalau perempuan mundur maka  laki-laki tidak bisa menjadi Caleg. Â
Sikap seperti ini cukup banyak juga.  Ada saja  perempuan merengek-rengek  kepada laki-laki  untuk kepentingannya.  Padahal, makna "rengek" itu terkait dengan kepentingan publik.  Ada saja perempuan menggunakan  "keperempuanannya" untuk jabatan tertentu ke penguasa laki-laki.  Sikap ini  sangat tidak bermartabat, apalagi jika terkait  kepentingan publik.
Di awal reformasi, ada beberapa opini publik  mengatakan sebaiknya  Kepala Desa, Lurah, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur, Menteri, Presiden dan pejabat publik lain  perempuan agar tidak korupsi.  Tetapi oleh waktu  para perempuan yang menjadi pejabat publik juga  menjadi koruptor  dan menjadi penghuni penjara.  Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam hal korupsi.Â
Melihat potret perempuan  Indonesia yang hebat dan  ada juga yang memprihatinkan  maka teruslah kita  berjuang  untuk membangun negeri  tanpa melihat jenis kelamin.  Perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda.
 Perempuan tersita waktunya  untuk melahirkan dimasa  usia produktivitas tetapi tidak penghalang baginya untuk mengabdi bagi  bangsa dan negara tetapi justru masa itu baginya menjadi perempuan yang ulet dan tangguh untuk terus berprestasi. Â
Waktunya yang sulit dibagi justru  momentum baginya melatih diri untuk lebih inovatif.  Salam  hormat untuk perempaun Indonesia yang hari ini merayakan hari Kartini.  Terulah produktivitasmu tingkatkan untuk kejayaan Indonesia kita.