Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyiasati Kegamangan Belajar Tatap Muka Pascapandemi Covid-19

16 November 2021   08:46 Diperbarui: 19 November 2021   13:45 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan Guru SD Kabupaten Toba/Foto: Dokumentasi Pribadi

Sekira bulan Maret tahun 2019 pandemi covid-19 mulai merebak di tanah air. Salah satu dampaknya, pemerintah secara resmi menghentikan pembelajaran secara tatap muka dalam rangka mengindari anak- anak terpapar pandemic covid-19. Pemerintah mengumumkan cara pembelajaran dengan Dalam Jaringan (Daring) . 

Ternyata, daring memiliki kendala karena jaringan sulit khususnya di perdesaan, tidak tersedianya telepon android sebagai syarat daring, jikalau ada jumlah anak dalam keluarga yang banyak tidak mencukupi, pulsa yang terbatas dan lain sebagainya. 

Kendala itu silih berganti yang mengakibatkan daring itu gagal total. Pembelajaran gagal total tetapi kelas naik dan kurikulum berjalan seolah tidak ada masalah. Bagaimana strategi menyiasati kendala itu agar tidak berdampak kepada kesulitan berkelanjutan bagi siswa kita?

Di kawasan Danau Toba ada keluarga yang jumlah anaknya 4-6 orang yang memiliki hanya 1 telepon android. Anak-anak keluarga itu ada anak SMA, SMP, SD dan TK. 

Jika satu keluarga ada 6 orang yang membutuhkan telepon android, sementara telepon android keluarga hanya 1 buah maka siapakah yang menggunakan? 

Belum lagi jika telepon itu digunakan orang tua untuk komunikasi terkait dengan sumber kehidupan seperti berdagang, urusan keluarga dan ketika pergi ke pesta membutuhkan telekomunikasi untuk mempermudah perjalanan.

Di beberapa sekolah di Samosir dan sekitarnya di Sumatra Utara daring tidak dilakukan karena jumlah yang memiliki telepon android hanya sebagian kecil. Karena kendala itu guru hanya memberikan tugas saja.

Dalam kondisi ini ada saja guru memanfaatkan situasi menjadi rutinitas mengajar ditinggalkan hingga guru melakukan aktivitas lain seperti bertani, berdagang dan aktivitas lain untuk tujuan mendapatkan uang. 

Dari praktik ini semakin meyakinkan bahwa sertifikasi guru tidak jaminan guru untuk memiliki komitmen. Komitmen guru untuk mendidik memang tak korelatif dengan sertifikasi. Komitmen terkait dengan tanggungjawab moral.

Fakta-fakta di lapangan seperti kegagalan daring di Kawasan Danau Toba yang saya lihat secara dekat akhir-akhir ini, mungkin menjadi potret pendidikan di seluruh nusantara, khususnya perdesaan. Beberapa teman guru dari daerah Riau juga menceritakan kegagalan daring karena terlalu banyak rintangan. 

Jika kegagalan itu potret pendidikan nasional maka perlu disiasati mengingat berjalannya kurikulum secara terus menerus seolah tidak terjadi apa-apa. 

Bagaimana mungkin siswa kelas 1 SD ketika Maret 2020 yang kini kelas 3 SD di November 2021 bisa memahami pelajar jika selama daring gagal proses belajarnya? Kegagalan ini akan menyulitkan siswa.

Melihat fakta-fakta di lapangan atas kegagalan pelajaran metode daring maka langkah-langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah pusat, provinsi dan Kabupaten sebagai ujung tombak untuk memulihkan kepada keadaan normal adalah sebagai berikut: 

Pertama, pemerintah segera melakukan pembelajaran tatap muka terbatas dengan fasilitas protokol kesehatan secara ketat.

Pemerintah harus menyiapkan cuci tangan dengan kualitas yang baik, ketersediaan air bersih, sabun dan semua peralatan yang lengkap sesuai protocol kesehatan.

Artinya fasilitas sekolah untuk nyaman belajar paska pandemi Covid-19 menjadi super prioritas. Hal ini harus menjadi program pemerintah yang tidak bisa ditawar.

Sekolah harus menyiapkan masker di seluruh sekolah karena kemungkinan siswa tidak memiliki atau ada kendala lain. 

Kedua, pemerintah harus meningkatkan biaya pendidikan. Biaya pendidikan harus menjadi prioritas pemerintah untuk menutupi kelemahan kita dimasa pandemi.

Biaya itu untuk tambahan bagi kesejahteraan guru karena tugas meningkat dari yang biasa dan juga daya tahan tubuh guru. Pemerintah memberikan insentif bagi guru pasca pandemic karena tugasnya meningkat karena tatap muka terbatas secara bergiliran.

Ketiga, guru perlu dilatih agar menyampaikan materi pelajaran dengan sangat mudah. Acapkali siswa di sekolah sulit mencerna pelajaran karena guru tidak menguasai mata pelajaran dan kuarng kreatif cara penyampaian agar menarik. 

Kapasitas guru dan paradigm mengajar guru di pasca pandemic harus berubah. Sebab, telah sekitar dua tahun siswa dengan metode daring tentu saja gamang.

Siswa yang gamang karena kelamaan di rumah dengan metode daring jika menemukan guru yang membosankan akan membuat siswa stres. 

Guru yang dibutuhkan siswa adalah guru yang mampu memberikan motivasi bagi siswa dan mengajar dengan cara gampang, asyik dan menyenangkan. 

Suasana baru pasca pandemic adalah momentum bagi siswa untuk kreatif dan inovatif belajar. Pandemi secara tidak langsung memberikan pemahaman bagi siswa betapa nikmatnya belajar jumpa teman dan dirangsang untuk kreatif memahami pelajaran. Siswa harus menikmati belajar mengajar secara tatap muka.

Mengingat siswa masih gamang keluar dari rumah menuju tatap muka terbatas, maka mungkin guru harus cerdas memulai pelajaran dari hal-hal yang ringan. Hal itu penting mengingat mata mereka lelah dengan gadget selama pandemi. 

Kesadaran akan kegamangan ini akan meminimalisasi para guru yang selama ini mudah marah dan metode mengajar yang tidak menarik harus berubah.

Keempat, budaya birokratis yang kaku dan persyaratan yang kaku harus ditinjau kembali. Persyarat yang rumit untuk menjadi sekolah harus dikompromikan. 

Sulitnya mekanisme dan syarat administrative menjadi kepala sekolah harus diloggarkan. Sebab ribetnya birokrasi dan banyaknya syarat menjadi kepala sekolah menjadi penghalang bagi guru kreatif, punya hati untuk pendidikan.

Fleksibilitas sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan zama di era pasca pandemi. Jika kita mau menjadi bangsa yang hebat dimasa yang akan datang, maka prioritas jaminan mutu pendidikan sekarang akibat pandemic Covid 19 haru menjadi komitmen seluruh komponen bangsa.

Penulis adalah direktur program pelatihan guru dan siswa Widyasari Institut Salatiga. Penulis menjadi hubungan antar lembaga di Surya  Research Education Indonesia (SURE Indonesia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun