Mungkin benar, kematian adalah titik. Tetapi dalam kasus Hermien, saya lebih percaya: ia adalah koma. Kalimat masih berlanjut. Gagasan-gagasan yang ia tulis masih terbuka untuk dibaca, ditafsirkan, diperpanjang. Hermien tetap ada, di sela-sela halaman, di ruang diskusi, di hati orang-orang yang pernah disentuh pikirannya.
Senin malam, 29 September 2025, pukul 22.08, sebuah tubuh berhenti bernapas. Tetapi sebuah percakapan panjang masih terus berlangsung.
Apakah arti mengenang? Mengenang berarti menolak lupa. Menolak hilang. Kita tak bisa menunda kematian, tetapi kita bisa menjaga agar seseorang tetap hidup dalam kesadaran kita.
Hari ini kita mengenang Hermien Y. Kleden. Bukan hanya dengan duka, tetapi dengan tekad untuk melanjutkan apa yang ia percayai: bahwa kata-kata harus berpihak, bahwa kritik harus membela, bahwa komunikasi publik harus menguatkan, bukan melemahkan.
Mungkin itulah warisan Hermien: sebuah sikap. Dan warisan itu, bila kita jaga, akan membuatnya tetap ada.
Maka kita ucapkan, "Selamat jalan, Hermien. Bukan dengan air mata saja, tetapi dengan janji: bahwa kata-kata yang kau cintai, akan tetap kami rawat."
*Gunoto Saparie adalah Ketua Umum Satupena Jawa Tengah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI