Tak pelak, berkat karya pewartaan Injil yang beliau lakukan semasa itu, sesekini membuat iman akan Tuhan tumbuh subur di tengah umat separoki Pacar dan wilayah lain yang pernah beliau singgah, tentu saja.
Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, dalam lawatan rutinnya ke desa-desa semasa itu, beliau dan beberapa pembantunya, membawa serta bibit cengkeh dalam bentuk koker.
Hal ini dilakukan oleh Pater Allan untuk mendukung piranti-piranti misi gereja yang efektif. Di sana beliau juga tampil sebagai penyuluh pertanian dan turut membuka kursus pertanian atau perkebunan.
Menurut penuturan sang Bapak yang notabene sewaktu muda pernah tinggal bersama Pater Allan, setiap akhir pekan mereka selalu pergi ke Ruteng. Mereka pergi untuk mengambil bibit cengkeh diperkebunan milik komunitas SVD.
Menariknya, sewaktu itu mereka pergi dengan menunggangi kuda. Karena seketika itu sama sekali belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Oleh karena jarak tempuh yang jauh, terkadang malamnya mereka harus menginap di tengah perjalanan. Sebelum melanjutkan perjalan keesokan harinya.
Demikian halnya diperjalanan pulang. Mereka harus menginap lagi sembari mengistirahatkan kuda-kuda tunggangan.
Setibanya di Paroki Pacar, bibit-bibit cengkeh ini kemudian dibagi-bagikan oleh Pater Allan kepada seluruh umat. Tak hanya membagi bibit, ia juga turut memberi arahan tentang teknik menanam dan merawat cengkeh yang baik.
Sering Berkotbah di Kebun
Ada satu kebiasaan Pater Allan yang terbilang unik semasa itu. Yakni, sering berkotbah di kebun milik umat. Seolah-olah memindahkan altar ke tengah ladang.
Menurut Bapak saya yang dulu selalu ada di samping Pater Allan, hal itu dilakukannya lantaran menurut penafsiran Pater Allan, ekonomi janganlah di reduksi hanya ke dalam bentuk uang. Melainkan juga ikut andil dalam pemberdayaan umat. Dalam hal ini mengadvokasi para petani.