Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan Berkah, Sampah Berkurang: Misi Hijau di Bulan Suci

13 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 13 Maret 2024   12:05 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan, bulan suci umat Islam yang identik dengan momen penuh berkah dan kebersamaan, seringkali juga diiringi dengan peningkatan volume sampah yang perlu diperhatikan. Data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa selama Ramadan tahun 1445 H/2024 M, terjadi peningkatan volume sampah sebesar 20%. Peningkatan ini dapat dipahami sebagai hasil dari berbagai faktor. Salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan dan minuman selama bulan Ramadan, terutama ketika waktu berbuka tiba. Tradisi berbuka puasa dengan hidangan lezat dan minuman menyegarkan seringkali menyebabkan peningkatan produksi sampah, baik dari kemasan makanan dan minuman maupun sisa-sisa makanan.

Selain itu, adanya kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan yang intens selama bulan Ramadan juga dapat berkontribusi pada peningkatan sampah. Misalnya, pemakaian peralatan disposable (sekali pakai) seperti gelas plastik, piring, sendok, dan garpu saat menyelenggarakan acara-acara berbagi makanan atau minuman untuk berbuka bersama. Tidak hanya itu, adanya kegiatan ibadah seperti shalat tarawih dan ibadah lainnya yang sering dilaksanakan secara berkelompok di masjid atau tempat-tempat ibadah, juga bisa meningkatkan sampah. Hal ini terutama terkait dengan konsumsi air minum dalam kemasan atau botol plastik yang seringkali ditinggalkan di tempat-tempat ibadah setelah selesai ibadah.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini dan mendorong praktik-praktik ramah lingkungan selama bulan Ramadan. Misalnya, penggunaan alat makan dan minum yang dapat digunakan kembali (reusable), pengurangan penggunaan kemasan plastik sekali pakai, serta kampanye untuk memilah dan mendaur ulang sampah dengan lebih baik. Dengan upaya yang bersama-sama dilakukan, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif peningkatan volume sampah selama bulan Ramadan, sehingga keberkahan dan kebersamaan yang menjadi ciri khas bulan suci ini dapat tetap terjaga sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Mengapa? 

batamnews.co.id
batamnews.co.id

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa terjadi peningkatan volume sampah selama bulan Ramadan:

1. Selama bulan Ramadan, kegiatan berbuka puasa bersama serta tradisi menyajikan takjil secara luas menjadi pemicu utama peningkatan konsumsi makanan dan minuman. Situasi ini menyebabkan peningkatan pembelian dan penggunaan kemasan plastik sekali pakai, seperti gelas plastik, piring, dan sendok. Konsumsi makanan yang lebih besar selama waktu berbuka puasa bersama menciptakan kebutuhan akan lebih banyak kemasan plastik sekali pakai untuk menyajikan makanan dan minuman kepada para tamu atau keluarga yang berkumpul. Perilaku ini cenderung berujung pada peningkatan volume sampah non-organik, yang terdiri dari berbagai jenis kemasan plastik dan material non-organik lainnya. Kemasan plastik sekali pakai yang digunakan untuk menyajikan makanan dan minuman tidak hanya meningkatkan limbah non-organik secara langsung, tetapi juga meningkatkan pencemaran lingkungan karena plastik cenderung tidak terurai dengan cepat dan dapat mencemari tanah dan air.

Dengan demikian, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan yang dapat didaur ulang atau kemasan yang dapat terurai secara alami. Selain itu, mengadopsi praktik-praktik penggunaan ulang atau memilih alternatif kemasan yang lebih ramah lingkungan juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari peningkatan konsumsi makanan selama bulan Ramadan terhadap volume sampah non-organik. Dengan kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya pengelolaan sampah, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih bersih dan lestari, baik selama bulan Ramadan maupun di masa-masa yang lainnya.

2. Kebiasaan membeli makanan siap saji dan parsel Ramadan yang dikemas secara individual menjadi salah satu penyumbang utama terhadap peningkatan sampah non-organik selama bulan suci Ramadan. Bungkus makanan yang terbuat dari plastik, styrofoam, atau bahan lainnya yang tidak mudah terurai secara alami dalam lingkungan, menjadi penyebab utama meningkatnya jumlah sampah yang sulit terurai. Makanan siap saji yang dikemas secara individual sering kali dijual dalam kemasan plastik atau styrofoam untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan saat dibawa atau disajikan. Namun, material-material tersebut sulit terurai dan cenderung berkontribusi pada penumpukan sampah non-organik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir atau bahkan tersebar di lingkungan sekitar.

Penggunaan kemasan makanan yang sulit terurai menyebabkan masalah lingkungan yang serius, seperti pencemaran tanah, air, dan udara. Bahan-bahan seperti plastik dan styrofoam dapat mencemari lingkungan dan berdampak negatif pada ekosistem serta kesehatan manusia dan hewan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan penggunaan alternatif kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan yang dapat didaur ulang atau kemasan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang mudah terurai. Selain itu, memilih untuk membeli makanan dalam kemasan yang dapat digunakan kembali atau membawa wadah sendiri untuk mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai juga dapat membantu mengurangi dampak negatif dari peningkatan penggunaan kemasan makanan selama bulan Ramadan. Dengan kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya mengurangi sampah non-organik, diharapkan masyarakat dapat berkontribusi pada menjaga kebersihan lingkungan dan kelestarian alam.

3. Meskipun telah dilakukan berbagai kampanye dan program pendidikan mengenai pengelolaan sampah, masih banyak masyarakat yang belum terbiasa memilah dan mengelola sampah dengan baik. Kurangnya kesadaran akan pentingnya memilah sampah dan mengurangi penggunaan bahan-bahan sulit terurai menjadi penyebab utama dari peningkatan volume sampah selama bulan Ramadan. Faktor ini sangat memengaruhi karena, tanpa kesadaran yang memadai, masyarakat cenderung tidak terlibat aktif dalam praktik pengelolaan sampah yang efektif. Pemahaman yang rendah akan dampak negatif sampah terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat juga menjadi kendala dalam meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun