Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengapa Harus di Tanggal 9?

9 Juli 2023   05:55 Diperbarui: 9 Juli 2023   06:42 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa harus di tanggal Sembilan? (gambar: dutch.com, diolah pribadi)

Ngomong-ngomong soal angka, aku senang dengan angka Sembilan. Tanpa alasan yang jelas, harus colek Acek Rudy nih, kenapa sih aku harus mengalami bahagia dan derita di tanggal 9?

Kisah bermula saat secara kebetulan kucing liar yang selalu datang ke rumahku setiap pagi dan sore numpang melahirkan bayi-bayinya pada tanggal 9 Desember tahun lalu.

Dari keempat anaknya, hanya satu yang bertahan dan itupun matanya belekan. Setiap pagi dan sore hari kuobati dengan obat tetes mata untuk anak kucing. Setelah sekitar dua bulan lamanya kuobati barulah sembuh, matanya kuning bulat menantang, cantik untuk mata kucing. Dia kuberi nama si Titi, tiga saudaranya sudah meninggal sebelum sempat kuberi nama.

Titi mempunyai saudara angkat sepantaran yang kuberi nama Tutu. Pertama kali dia datang bulunya kusut masai. Tapi, setelah kumandikan, ternyata dia ganteng juga. Bulunya putih bersih, sayangnya dia tidak bertahan lama, karena induk susunya lumayan galak dan angot-angotan, sering nampol juga.

Mungkin karena dia sudah hamil lagi. kucoba menyusui Tutu dengan botol, tetapi dia tidak mau akhirnya kucoba menyuapinya dengan makanan basah dan ternyata dia suka.

Setelah nafsu makannya bagus, tubuhnya pun mulai berisi, ganteng. Aku merasa bahagia punya sepasang kitten yang cantik dan ganteng.  Mereka berdua rukun, tidur, makan, dan bermain bersama. Aku sering juga ikut bermain dengan melemparkan mereka, tali rafia yang ujungnya kuberi racikan kertas agar mereka meraihnya bergantian.

Namun kebersamaan ini tidaklah lama, anicca berlaku disini. Tiba-tiba sore itu sepulang kantor kujumpai Tutu sudah terkapar kaku, disampingnya Titi terbaring bergeming. Sementara induk susunya melibat-libat di kakiku. Kuraih Tutu dan kucoba memijat-mijat dadanya sambil berharap dia beraksi atas pijatanku. Ternyata tidak berhasil.

Untuk sementara kubiarkan dia tergeletak dilantai yang sudah kualasi underpad, sementara aku memberi makan induknya dan Titi. Induknya seperti biasa makan dengan lahapnya, sementara Titi sepertinya merasa kehilangan. Dia hanya mengendus-endus makanan dan berkali-kali mendekati jasad Tutu.

Aku binggung Tutu meninggal tanpa sebab yang pasti. Paginya saat kusuapi dia masih segar bugar, lincah, dengan nafsu makan yang bagus. Bahkan dalam hal makan Tutu lebih bergairah daripada Titi. Aku yakin dia mati bukan karena keracunan sebab sejak kusediakan litter box. Tutu tidak pernah keluar dari halaman rumah walau pagarku masih bercelah yang memungkinkan kucing-kucing itu bebas keluar masuk rumahku.

Titi kehilangan teman bermain, untunglah tak lama setelah Tutu pergi, datanglah Putput, kuberi nama itu karena hampir keseluruhan bulunya putih, kecuali ekornya berwarna kuning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun