Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keras dan Lembut Kehidupan, Mana yang Baik?

25 Februari 2023   05:55 Diperbarui: 25 Februari 2023   05:58 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada masukan yang masuk akal, ada masukan yang konyol, ada masukan yang baik, tapi belum bisa kita penuhi (di luar kapasitas kita). Ibaratnya ada makanan keras, ada makanan lembut, selama masuk ke mulut kita, kita bisa mengolahnya, saat ada yang tidak bisa kita olah maka tidak kita ambil (contoh kondisi gigi sedang ngilu, makanan yang terlalu dingin / keras tidak bisa kita olah saat itu).

Selain pergaulan, juga status yang beragam menuntut fleksibilitas batin menghadapinya. Ketika menjadi pemimpin, pengurus, ayah, anak, dan lain-lain. tentunya tidak bisa sama ratakan responnya. Konflik terjadi ketika memperlakukan keluarga seperti memperlakukan anak buah, atau memperlakukan relawan yang membantu organisasi seperti pembantu. Semakin banyak status kita, semakin banyak pula konflik yang terjadi jika fleksibilitas batin kurang terlatih.

Perlakuan ke satu orang belum tentu cocok ke orang lain, meskipun saudara kembar sekali pun. Demikian pula ketika kita diperlakukan oleh seseorang, tidak lantas orang lain memperlakukan sama dengan orang sebelumnya. Persepsi yang keliru atas perlakuan dan diperlakukan akan menimbulkan konflik. Untuk itu persepsi yang cenderung menyamaratakan orang atau keadaan perlu terus dikikis, agar semakin fleksibel menghadapi hidup yang Anicca. Bahkan perlakuan ke orang yang sama pun, di masa lalu dan masa kini belum tentu bisa terus disamakan pergaulannya.

Contohnya: kadang saya terkagum / terheran dengan perubahan teman yang dulunya begitu lugu, sekarang sudah begitu berpengalaman, pandai dan banyak wawasan. Sehingga persepsi dulu terhadap teman itu perlu diperbaharui, yang berpengaruh terhadap perubahan respon kita, tidak memperlakukannya seperti orang lugu.

Air sifatnya fleksibel, bisa menghanyutkan, bisa menghancurkan bangunan, jika terlalu besar dan cepat mengalir. Air juga bisa jadi lembut sehingga bisa kita letakkan dalam wadah apa pun. Air juga bisa keras membeku, hanya bisa diletakkan ke wadah yang sesuai bentuk bekunya.

Di masa lalu saya pernah terjebak pada persepsi, "kamu harus mengerti kondisi saya", di sisi lain yang diajak bicara pun berkata demikian. sehingga terjadi konflik karena sama-sama bersikeras terhadap kepentingannya.
Sejalan dengan belajar Dhamma dan pengalaman hidup, saya belajar untuk mengikis ego. Meskipun konflik ini masih terjadi, tapi sudah mulai berkurang. Ketika mulai memanas saya lebih cepat sadar "eh ini ego yang sedang naik".

Ada kalanya, ada kepentingan tertentu yang tidak bisa ditawar, tetapi ada pula yang bisa dinegosiasikan / fleksibel.

Untuk itu saya perlu memahami posisi saya, apakah sebagai atasan? bawahan? pelanggan? teman? ayah? anak? suami? pengurus? donatur? dan berbagai posisi lainnya yang sedang saya jalani.

Karena kurang perhatian atau komunikasi yang sudah demikian akrab, ada kalanya lawan bicara itu telah dianggap sebagai teman, padahal yang bersangkutan adalah pelanggan atau atasan. Sehingga ketika dalam situasi pekerjaan kita perlu memindahkan persepsi ini tidak sekedar sebagai teman, tetapi sebagai atasan / pelanggan yang berarti kepentingan mereka perlu diletakkan lebih tinggi dibanding kita. Ini berpengaruh kepada respon kita yang lebih lembut saat berhadapan dengan potensi konflik.

Skenario yang berbeda ketika suatu saat saya menjadi pelanggan sebuah perusahaan. Awalnya saya berbicara akrab dengan petugasnya. Namun, ketika untuk waktu yang lama kebutuhan dasar pelanggan saya tidak terpenuhi maka saya mulai menuntut kesepakatan yang sudah disepakati di awal saat jadi pelanggan. Ini berarti apa pun permasalahan di perusahaan tersebut sehingga pelayanan tidak berjalan sebagaimana mestinya itu perlu segera diatasi, demi kepentingan pelanggan.

Saya pernah mendengar sebuah kisah di radio, ketika sebuah rumah makan yang begitu ramai, kemudian tiba-tiba jadi sepi. Belakangan diketahui ada pelanggan yang menemukan lalat di makanan. Sejak itu rumah makan tersebut sedikit didatangi pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun