Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kekuatan Kebajikan Menyembuhkanku dari Covid-19

25 Agustus 2022   13:03 Diperbarui: 25 Agustus 2022   13:07 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekuatan Kebajikan Menyembuhkanku dari Covid-19 (gambar: bbc.com, diolah pribadi)

Kelahiran, sakit, usia tua, dan kematian adalah fenomena kehidupan yang sudah sewajarnya terjadi. Selama manusia masih mengalami kelahiran kembali yang berulang-ulang, maka ia belum dapat terbebas darinya. Fenomena kehidupan akan terus berlangsung tiada henti.

Sungguh beruntung karena dengan kekuatan kebajikan yang telah dilakukan, kita dapat terlahir sebagai seorang manusia. Kelahiran telah terjadi dan dilewati. Namun, usia tua, sakit, dan kematian masih menjadi sebuah misteri. Tidak seorang pun mengetahui kapan, dimana dan bagaimana sakit, usia tua, dan kematian akan terjadi pada dirinya. 

Inspirasi kebajikan dapat berasal dari kehidupan sehari-hari. Baik pengalaman hidup orang lain, ataupun pengalaman yang dialami sendiri. Pengalaman adalah konsekuensi dari proses kehidupan yang tidak kekal.

Perubahan dalam kehidupan dapat terus terjadi, tetapi kebajikan mutlak sebagai bagian dari kehidupan. Mengisi kebajikan seyogianya menjadi prinsip dalam menjalani kehidupan ini. Karena, si penabur kebajikan akan menuai kebahagiaan, si penabur kejahatan akan menuai penderitaan. Inilah hukum yang bersifat universal.

Pengalaman pada masa pandemi Covid-19 semakin menambah keyakinan akan pentingnya menabur kebajikan dalam setiap aspek kehidupan. Tidak saja melalui perilaku, tetapi juga melalui pikiran dan ucapan.

Kekuatan dari kebajikan yang pernah dilakukan, ternyata memberikan efek sangat luar biasa; yang mungkin sebelumnya tidak pernah terbayangkan bahkan oleh si penabur kebajikan itu sendiri.  

Salah satu perubahan yang sangat berdampak dalam kehidupan masyarakat dunia adalah pandemi Covid-19. Hampir seluruh dunia terdampak akibat pandemi ini, termasuk Indonesia.

Hanya dalam waktu singkat telah banyak korban yang terpapar Covid-19. Diriku termasuk salah satunya. Saat itu masa-masa awal Covid-19 mulai menyebar. 

Bukan hal yang mudah untuk dapat menerima kondisi tersebut. Apalagi pada saat itu stigma negatif sangat melekat kepada pasien Covid-19. Praktis bukan hanya fisik saja yang sakit, tetapi juga sangat mempengaruhi psikis.

Dengan sumber informasi tentang Covid-19 yang serba terbatas, saat itu menjadi masa-masa yang sulit dan tidak mudah untuk dijalani. Untungnya, di tengah pergulatan melawan ganasnya Covid-19, saya tidak berjuang sendiri.

Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam pendampingan menjalani proses penyembuhan. Fisik diobati, psikis pun menjadi lebih kuat melewati masa sulit tersebut.

Ada pesan Guru yang masih teringat jelas oleh saya hingga kini. Kata-kata yang menjadi sumber motivasi dan kekuatan untuk sembuh.

"Ingatlah kebajikan-kebajikan yang pernah kamu lakukan selama ini; yang telah memberikan manfaat kepada masyarakat dan membuahkan kebahagiaan bagi orang banyak. Bayangkanlah wajah-wajah bahagia dari masyarakat dan orang banyak dari kebajikan-kebajikan yang telah kamu lakukan tersebut.

Renungkanlah dengan penuh kesadaran akan kebajikan-kebajikan tersebut. Bertekadlah dengan penuh kesungguhan. Semoga dengan kekuatan dari kebajikan-kebajikan yang telah dilakukan, menjadi pengkondisi berbuahnya benih-benih kebajikan tersebut dalam bentuk kesembuhan dari Covid-19.

Tetaplah berbuat kebajikan melalui pikiran, ucapan, dan perilaku; apapun kondisimu saat ini. Sekecil apapun kebajikan yang dilakukan akan memberikan kebahagiaan. Karena tiada kebajikan yang sia-sia, " kata Guru.

Pesan Guru ini saya praktikkan dengan berusaha mengkonsentrasikan pikiran dengan penuh kesadaran. Awalnya ini tidak mudah. Karena Covid-19 membuat kesadaran terus menurun, sehingga sangat sulit untuk mengkonsentrasikan pikiran. Namun dengan usaha yang penuh perjuangan dan dorongan semangat dari Guru, lambat laun pikiran pun dapat mulai terkonsentrasi. Pesan Guru pun mulai dapat dipraktikkan.   

Saat mempraktikkan pesan Guru ini, konsentrasi pikiran menjadi terpusat. Membayangkan wajah-wajah bahagia atas kebajikan-kebajikan yang telah kulakukan selama ini. Yang mungkin saja berupa kebajikan yang dianggap kecil, tetapi sangat berarti bagi orang lain. Tanpa sadar, mata pun mulai berkaca-kaca dan bulir-bulir air membasahi pipi ini. Ada sebuah kebahagiaan yang luar biasa menyelimuti perasaan ini. 

Walaupun masih berjuang untuk sembuh, melakukan kebajikan pun tetap saya lakukan sesuai pesan Guru. Kondisi sakit tidak menjadi alasan untuk tidak melakukan kebajikan. Ibarat memanen pohon buah, maka tidak cukup hanya berpuas diri dengan hasil panen dari pohon tersebut. Tetapi juga hendaknya menanam pohon buah lainnya, agar kita dapat memperoleh hasil panen dari pohon lainnya di waktu-waktu mendatang.

Akhirnya, setelah melewati isolasi mandiri selama 14 hari di rumah, saya pun sembuh dari Covid-19. Kekuatan dari kebajikan selama ini membuahkan kesembuhan saya.

Terima kasih kepada Guru yang telah mengingatkan bahwa kebajikan yang pernah dilakukan memiliki kekuatan yang luar biasa. Pesan Guru menjadi sumber inspirasi bagi saya untuk berbagi pengalaman dan literasi kepada masyarakat yang terpapar Covid-19.   

Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mengkondisikan dan memberikan kesempatan bagi saya untuk dapat melakukan kebajikan selama ini. Berkat dukungan kalian semua, kebajikan akhirnya dapat ditabur dan berbuah dalam bentuk pulihnya kesehatan saya.

Selama masih ada niat, kondisi dan kesempatan untuk berbuat kebajikan, lakukanlah segera. Karena belum tentu niat, kondisi dan kesempatan tersebut akan ada di waktu mendatang.

**

Makassar, 25 Agustus 2022
Penulis: Miguel Dharmadjie, Kompasianer Mettasik

Pembicara Publik | Dharmaduta | Penyuluh Informasi Publik (PIP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun