Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Seorang Triad yang Tidak Pernah Mencintai Dirinya

22 Maret 2022   05:50 Diperbarui: 22 Maret 2022   05:55 2235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun bagaimana pun juga, Toni memiliki hati. Ia jatuh hati kepada seorang gadis dari keluarga biasa-biasa saja. Gayung bersambut, cinta berlanjut. Seorang bayi lelaki lahir dari hasil hubungan mereka.

Sayangnya, hubungan tersebut tidak berlangsung lama. Sang wanita meninggalkan Toni dan anaknya, karena keadaan mereka yang tidak pernah stabil.

Toni pun menyadari, perempuan yang dia cintai tidak pernah kembali. Terlalu banyak pertengkaran yang mereka lalui.

Akhirnya Toni berjanji untuk membesarkan anaknya seorang diri. Ia bahkan bertekad untuk keluar dari Triad.

Di pagi hari dia akan membuat dan memberi susu, memandikan, memakai baju mengganti popok bayinya.

Setelah itu, Toni juga menitipkan sang bayi kepada tetangga saat ia bekerja. Tentunya dengan upah yang sudah ditentukan.

Toni sekarang berubah. Dia menjadi lebih sabar bekerja, lebih tenang, dan lebih mawas diri. Dia lebih banyak mengalah jika diperlakukan tidak baik. Semuanya, Toni lakukan demi putranya.

Tanpa terasa, perjalanan hidup yang begitu melelahkan sudah Toni lalui. Tanpa dirasa, tibalah waktu bagi anaknya untuk masuk sekolah taman kanak-kanak.

Hari pertama seharusnya menjadi hari yang paling bahagia. Tapi, justru sebaliknya. Toni bertemu musuh lamanya. Dia tak bisa menghindari, dipukul, dikejar, dipukul, dan dikejar lagi oleh sekawanan gangster.

Untungnya Toni masih gesit, dia dapat lolos dari marabahaya tersebut, mesklpun dirinya mengalami luka di sekujur tubuhnya.

Tapi, Toni tegar. Semuanya demi anaknya. Ia harus menjemputnya di sekolah. Momen yang tidak bisa ia lewatkan, karena hanya sekali seumur hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun