Dengan demikian keyakinan Paslon masih kalah dengan mental pemain sepak bola. Pemain sepak bola berdoa, supaya Tuhan memberi kekuatan dan terutama fokus pada permainan. Pemain sepak bola mengeluarkan kemampuannya seoptimal mungkin. Mereka bekerja keras, berjuang mati-matian dilapangan.
Dalam dunia sepak bola menang atau kalah adalah biasa. Tapi dalam Pilkada kekalahan berarti kerugian milyaran rupiah. Maka itu tidak heran ada yang menjadi gila setelah Pilkada berakhir.
Pilkada juga membuat rakyat terpolarisasi. Teman sekantor, antar tetangga bahkan sesama keluarga bisa bermusuhan dalam waktu yang lama hanya karena berbeda pilihan Paslon.
Seperti pertandingan sepak bola, Tuhan tidak campur tangan dalam Pilkada.Tentu saja Tuhan mendengar doa-doa yang dipanjatkan kepadaNya. Tapi Dia tidak akan mendongkrak suara para kandidat.
Tuhan tidak berpihak pada salah satu Paslon. Yang menang adalah pilihan rakyat. Makanya bertarunglah dengan fair. Tawarkanlah program-program yang realistis dan sesuai dengan kebutuhan rakyat.Â
Jerman dan Argentina menang bukan karena doa, bukan karena keajaiban yang turun dari langit. Mereka menang karena kemampuan dan penguasaan tehnis bermain bola mereka  hebat.  Kemampuan tehnis bermain bola itu lahir dari latihan dan kerja keras yang panjang disertai disiplin tinggi. Jadi tidak ada pemain hebat yang lahir secara karbitan.  Sebagai tim mereka menerapkan strategi yang jitu, mereka bekerja keras dan berjuang terus sampai detik terakhir.Â
Apakah Paslon-Paslon yang bertarung dalam Pilkada 2018 ini, punya etos seperti pemain-pemain sepak bola yang berlaga di piala dunia ini?. Jika Paslon karbitan, maka tidak heran dia butuh Tuhan untuk campur tangan pada kemenangannya.
Paslon yang menang adalah paslon yang dipilih rakyat, bukan yang ditunjuk Tuhan. Karena tidak mungkin Tuhan bersikap tidak adil, Â memilih yang satu dan tidak memilih yang lain. Â Semua Paslon dan rakyat yang memilih adalah anak-anak Tuhan. Semuanya sama dihadapan Tuhan.
Paslon yang menang adalah paslon yang siap. Yang kalah harus mengakui yang menang. Â Yang menang harus menghormati yang kalah.Begitulah etika politik demokrasi yang dewasa. Â Sama seperti dalam pertandingan sepak bola Piala Dunia. Setelah pertandingan usai lawan dirangkul lalu saling bertukar kaos sebagai tanda persahabatan.
Mari kita mencoblos pilihan kita  sesuai dengan hati nurani. Mari kita bersorak-sorai menonton Piala Dunia Rusia 2018.