Tapi rakyatpun tersihir. Mereka lupa menuntut kepada Paslon tentang kebutuhan dasar mereka. Penampilan saleh, doa-doa yang ditebarkan para Paslon, telah membius mereka.
Barangkali ini yang dimaksud Karl Marx bahwa agama adalah candu. Agama dijadikan tempat pelarian untuk mengatasi kehidupan yang sulit didunia. Para politisi tahu situasi yang melanda rakyat itu. Karena itu mereka mengeksploitasi agama demi mendongkrak kelemahan-kelemahan mereka.
Dimana Posisi Tuhan
Pada partai ketiga Piala Dunia, antara Argentina versus Nigeria, skor pada menit-menit terakhir 1- 1. Jika skor bertahan seri, maka Argentina sebagai runner up piala dunia 2014 gagal melanjutkan partai berikut.
Pada menit-menit terakhir Marcos Rojo mencetak gol. Argentina menang dan lolos ke 16 besar, sementara Nigeria harus angkat koper pulang kekampung halaman.
Sebenarnya kekuatan Argentina dan Nigeria praktis berimbang. Malah Nigeria punya beberapa peluang  emas.  Sayang mereka  gagal menkonversi peluang emas itu menjadi gol. Â
Pertanyaan disini apakah kemenangan Argentina disebabkan  karena doa-doa pemain dan doa  rakyat Argentina lebih kuat dari pada  doa-doa pemaian dan rakyat Nigeria. Atau apakah Tuhan lebih mendengar dan berpihak pada Argentina dari pada Nigeria.
Tentu saja Tuhan tidak berpihak pada tim manapun. Yang menang adalah tim yang tangguh. Tim yang tangguh adalah tim yang kompak. Tim yang tangguh adalah tim yang menerapkan strategi  tepat. Pemainnya  memiliki kekuatan fisik dan mental yang kuat serta kemampuan tehnis  diatas rata-rata.
Kemenangan dalam sepak bola adalah obyektive. Tuhan tidak campur tangan dalam permainan sepak bola. Â Dia tidak mengatur skor, walaupun jutaan orang berdoa padanya.
Begitu juga dalam Pilkada. Â Tuhan tidak mengatur suara. Dia tidak menyuruh rakyat untuk memilih salah satu Paslon.
Anehnya  walau Paslon sudah begitu saleh dan berdoa sungguh-sungguh, tapi mereka masih menyiapkan uang milyaran rupiah untuk membayar pemilih.