Mateo Retegui adalah Harry Kane-nya Italia. Rambut Retegui yang disisir ke belakang terasa sekali sedingin Draco Malfoy versi dewasa, serupa dengan aura tenang Harry Kane. Ini juga didukung visi bermain Retegui yang kini lebih tenang dalam memutuskan menahan, mengumpan, ataupun mengkonversi bola menjadi gol.
Efektivitasnya meningkat tajam dibanding saat pertama muncul ke permukaan Serie A, di mana ia banyak berlari tanpa arah berseragam Atalanta.Â
Retegui kini lebih mau berkorban turun ke bawah menjemput bola, dengan visi bermain yang semakin tinggi dalam menguasai area lapangan. Ia adalah penghubung antara lini tengah dan depan, dengan kemampuan akhir yang mematikan.
Lalu ada Moise Kean, Didier Drogba ala Italia. Dengan postur besar dan tegap mirip Drogba, Kean selalu siap menerima bola apapun yang diberikan padanya, baik crossing lambung, maupun umpan terobosan tajam.Â
Agak lebih tradisional, ia bisa memilih untuk mengumpan balik ke rekannya, atau menundukkan kepala lalu membawa bola itu ke bidang berbahaya lawan sambil tangannya mengepak bak buldoser. Inilah tipikal bomber ulung yang punya hak untuk egois di depan gawang.
Kombinasi antara playmaker-striker yang tenang (Retegui) dengan power-striker yang eksplosif (Kean) adalah kengerian baru Italia. Tujuh gol kolektif sejauh ini menjadi bukti bahwa ramuan Gattuso cukup berhasil.
15 Oktober esok mereka akan menjamu Israel di laga keenam, sebuah kesempatan emas untuk mengamankan posisi kedua. Dan tinggal ditunggu saja tanggal mainnya, 17 November, saat mereka berkesempatan membalas kekalahan menyakitkan dari Norwegia.Â
Tiket lolos langsung ke Piala Dunia 2026 masih terbuka lebar bagi Gli Azzurri, sembari mereka terus berharap Harry Kane dan Didier Drogba kepunyaannya terus produktif dan kian menakutkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI