Lalu sosok kedua adalah Moise Kean, yang kita akan ingat sebagai wonderkid yang diombang-ambing dari Juventus, Everton, PSG, hingga kini mapan sebagai striker andalan Fiorentina. Dari banyaknya kepindahan yang ia jalani, waktu terasa begitu lambat karena faktanya, ia masih 25 tahun!
Ini berdampak besar bagi kedewasaan dan mental bermainnya yang kini terasa sangat fasih memerankan posisi yang cukup langka di dunia sepak bola: Bomber murni. Semua turbulensi karier tersebut kini terbayar lunas dengan kepercayaan dari Gattuso, dan yang terpenting, gol-gol ke gawang lawan.
Strategi Gattuso Mudahkan Duet Retegui-Kean
Gennaro Gattuso, yang dikenal keras kepala dan pragmatis, tahu betul bagaimana memanfaatkan kualitas fisik dan mental dua striker barunya. Hal mendasar yang diubah Gattuso adalah formasi dan cara bermain yang secara eksplisit bertujuan untuk memperbanyak kiriman bola ke kotak penalti.
Italia terlihat tidak lagi terlalu lama memainkan bola dari sisi ke sisi dengan umpan-umpan manja menambah ball-possesion. Sebaliknya, mereka terlihat lebih direct menuju dua sosok yang mampu menahan bola dengan baik ini.
Di sisi sayap, ada Federico Dimarco, Mateo Politano, dan Matia Zaccagni yang bertugas memberikan umpan silang akurat. Mereka tidak dituntut untuk melakukan dribbling berlebihan, tetapi fokus pada kualitas crossing yang mematikan.Â
Belum lagi dari rusuk lapangan, ada Alessandro Bastoni, Sandro Tonali, dan Nicol Barella yang siap memberikan umpan-umpan vertikal yang akurat, langsung membelah pertahanan lawan.
Ketiadaan pemain flamboyan dan mengutamakan possession seperti Jorginho, membuat distribusi bola lebih vertikal ke atas. Filosofi Gattuso jelas: Jika Anda punya dua striker yang mampu mendominasi area penalti, maka umpan bola harus sampai ke sana secepat mungkin.
Strategi yang tampak sederhana ini menjamin Retegui dan Kean selalu berada di area yang mereka kuasai, memaksa para fullback lawan untuk mundur lebih dalam, dan menciptakan ruang gerak bagi para gelandang.
Terlihat nyata dari tujuh gol yang disumbang keduanya, hanya satu gol Retegui ke jala Estonia (6/9/2025) yang berasal dari luar kotak penalti.
Metamorfosis Retegui-Kean Jadi Kane-Drogba
Membayangkan mempunyai tim dengan Harry Kane dan Didier Drogba sebagai dua tombak kembar, akan menggaransi kengerian yang permanen bagi lini pertahanan lawan.Â
Ini adalah perpaduan ideal antara Target Man dan False Nine yang mampu mencetak gol dari situasi apapun. Dari sisi penampilan fisik dan performa, Retegui dan Kean menjanjikan hal itu.