Secara permainan, baik Timnas Indonesia maupun Irak bisa dikatakan berimbang. Lini tengah dan belakang Garuda juga nampaknya mampu menetralisir serangan Singa Mesopotamia. Namun hanya momen satu kejapan mata di menit 76', bisa memupuskan harapan Indonesia menuju Piala Dunia 2026 Amerika Utara. Indonesia kalah 0-1.
Dalam satu sodoran bola tak berbahaya ke lini pertahanan Indonesia, terlihat Rizky Ridho punya space untuk mengambil tindakan safety dengan membuang bola ataupun lakukan backpass ke Maarten Paes. Tetapi, ia cukup percaya diri untuk lakukan dummy guna menguasai bola di pinggir lapangan.
Sosok Ali Jasim tampaknya sudah sangat mengenal permainan Ridho, dan ia bisa membaca gerakan tersebut dengan cepat. Pemain nomor punggung 17 langsung menyergap ke tepi lapangan dan dalam sekejapan mata bisa mengambil bola tersebut lalu memberikannya kepada Ibraheem Bayesh.
Bayesh pindahkan bola ke sisi kanan pada Youssef Amyn di sisi kanan, yang berpikir cepat dengan mengembalikan lagi ke depan kotak penalti Indonesia kepada Zidane Iqbal.
Zidane Iqbal, pemain yang sempat dididik oleh Manchester United dan kini memperkuat FC Utrecht, mempunyai sekelebat visi yang cukup liar. Alih-alih memberi umpan terobosan pada dua striker di kotak penalti, ia tahu bahwa yang menjaganya adalah Calvin Verdonk dengan kaki dominan kiri.
Dibantu oleh screen yang dilakukan rekannya untuk menutup pergerakan Rizky Ridho, Zidane Iqbal lakukan feint ke sisi kiri dan segera menghujamkan tembakan ke sudut kiri bawah gawang Maarten Paes. Irak 1, Indonesia 0.
Sekejapan mata Rizky Ridho kehilangan bola. Sekejapan mata juga lini pertahanan tak menyangka Iqbal akan lakukan "momen liar" itu. Saya tak menyangka momen setidak penting itu bisa berakhir gol, mungkin begitu pula Coach Patrick Kluivert. Namun, anilah kejamnya sepak bola.Â
Sorotan mungkin akan cukup kejam menghakimi keputusan Rizky Ridho. Tetapi beberapa menit sebelumnya, Calvin Verdonk juga kehilangan bola, namun tidak terhukum gol. Jadi, ini adalah sebuah momen kecil yang sangat menentukan hasil akhir.
Tidak mengenakkan memang bagi kita pendukung Indonesia. Statistik berkata kita unggul 56% penguasaan bola, tetapi hanya mampu lahirkan satu tembakan ke gawang lewat sepakan lemah Kevin Diks.
Di sisi lain, Irak asuhan Graham Arnold harus diakui tampil sangat disiplin. Mereka punya rencana tidak kebobolan, sembari menunggu momen sekejapan mata itu tadi. Rencana itu berhasil, dan tinggal mereka lanjutkan dengan permainan khas time-wasting untuk memancing emosi anak asuh Patrick Kluivert.
Indonesia resmi tersingkir dan tidak lolos Piala Dunia 2026. Thom Haye dan beberapa pemain terlihat meneteskan air mata.Â
Ayo angkat kepala kalian! Tidak ada yang patut disalahkan atas perjuanganmu, Timnas Garuda. Seluruh jerih payah membawa Merah Putih di fase terjauh ini, adalah sebuah keberhasilan di mata saya. Terima Kasih!
Strategi Kluivert Cukup Berhasil
Digelar di King Abdullah Sports City pada Minggu (12/10/2025) dini hari WIB, banyak yang menanti keputusan Kluivert dalam mengevaluasi starting line up usai dikalahkan Arab Saudi 2-3.
Laga wajib menang ini bisa disikapi Sang Meneer dengan cukup bagus, karena ia lebih memilih memperkuat sisi tengah lapangan kali ini.
Dalam formasi 1-4-2-3-1, Maarten Paes ada di bawah mistar bersama kuartet Kevin Diks, Rizky Ridho, Jay Idzes, dan Dean James. Ketiadaan Aymein Hussein di kubu Irak, cukup membantu kenyamanan kuartet ini sebelum gol sekejapan mata itu terjadi.
Lalu di lni tengah, Calvin Verdonk yang dinyatakan fit segera menemani Joey Pelupessy sebagai gelandang bertahan. Mereka secara head to head akan menghadapi kualitas Ibraheem Bayesh dan Zidane Iqbal yang konstan menjadi motor lini tengah lawan di beberapa tahun terakhir.
Tiga pemain sebagai gelandang serang, ada Thom Haye sebagai pengatur permainan, lalu Ricky Kambuaya di kiri serta Eliano Reijnders di sisi kanan sebagai pendobrak dengan daya jelajah tinggi yang membuat lini tengah tampak penuh.
Di depan, Mauro Zijlstra yang punya keunggulan tinggi badan, dipilih menjadi lawan dua bek tinggi Irak, yakni Zaid Tahseen dan Manaf Younis.
Mampu lebih banyak menguasai bola di babak pertama, sayangnya strategi ini harus mengandung resiko kurangnya kreativitas dan pergerakan liar di kotak penalti Irak. Reijnders dan Kambuaya memberi ketenangan dalam setiap transisi, tetapi kurang mumpuni untuk menusuk masuk ke jantung pertahanan lawan.
Barulah di babak kedua, ingin membongkar pertahanan baja Graham Arnold, Coach Patrick memasukkan Ragnar Oratmangoen, Ole Romeny, dan Miliano Jonathans untuk mengganti Kambuaya, Reinders, dan Zijlstra. Jelas ini sudah terencana apabila Timnas Indonesia alami deadlock.
Mental untuk menyerang harus diakui sudah mendarah daging dari permainan racikan Kluivert. Ada satu titik saya berpikir, memaksakan hasil imbang tidak ada salahnya juga, sembari menunggu hasil Arab Saudi vs Irak beberapa hari berselang.
Tetapi yang terjadi adalah tamparan bagi kita semua. Keputusan Kluivert memang bisa dikatakan cukup berhasil meredam Irak, sampai ada momen gol di momen menit 76' itu.Â
Pelajaran Penting Ke Depan, untuk Sebuah Momen Kecil
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Untuk perjuangan ke Piala Dunia berikutnya, momen gol Zidane Iqbal akan menjadi pelajaran yang sangat penting. Bukan hanya bagi Rizky Ridho saja, tetapi ke seluruh pemain Timnas Indonesia.
Momen kecil mampu menghukum siapapun dalam sepak bola, apabila kita berani mengambil resiko di lini pertahanan. Berkaca dari pemain Irak, yang sudah cukup kenyang bermain di level dunia, mereka jarang mengambil resiko di situasi fifty-fifty.
Lini belakang mereka tanpa kompromi akan membuang bola apabila dalam kondisi tertekan, atau bahkan melakukan pelanggaran taktikal untuk menghentikan upaya pemain Indonesia menerobos masuk pertahanan.
Di posisi tertinggal dengan penuh rasa frustasi karena permainan taktik "buang-buang waktu" dari Irak, terlihat pemain Timnas Indonesia kurang mampu menjaga emosi dan konsentrasinya.Â
Ada beberapa momen yang memang membuat kepala berdenyut keras seperti saat pelanggaran Tahseen menyikut Kevin Diks, tetapi secara game-play, Indonesia sama sekali tidak bisa menembus kotak penalti Irak.
Hingga akhirnya di menit 103', wasit Ma Ning asal Tiongkok meniupkan peluit panjangnya. Sebuah tanda bahwa perjalanan Indonesia resmi berakhir di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Kini pertarungan hidup mati menyisakan Arab Saudi vs Irak yang sama-sama memperoleh tiga poin. Sebuah kartu merah untuk Zaid Tahseen, akan menjadi faktor krusial dari laga tersebut.
Masa Depan Timnas Indonesia
Lalu bagaimana dengan masa depan Timnas Indonesia? Yang pasti, biarlah para pemain merasakan amarah atas kegagalan ini. Kita sebagai suporter harus bisa membuat kepala mereka tetap tegak, menyongsong laga-laga selanjutnya.
Coach Patrick Kluivert yang ditunjuk menggantikan Shin Tae-yong dalam upaya lolos ke Piala Dunia 2026, sudah pasti akan menjalani evaluasi dengan PSSI. Angkanya sejauh ini, dalam 8 laga meraih tiga menang, sekali imbang, dan empat kali kalah.
Semua kekalahan yang diderita, adalah melawan tim yang secara rangking jauh di atas Indonesia. Mereka adalah Australia, Jepang, Arab Saudi, dan Irak.
Standard tinggi sepertinya akan diberikan oleh PSSI melalui Pak Erick Thohir. Ada kemungkinan perjalanan dengan Kluivert akan berakhir seiring perjuangan ini, atau ada kemungkinan juga lanjut dengan target yang jelas akan berat.
Apa targetnya? Ya mengejar empat negara besar di atas! Kita secara yakin sudah merasa berada di atas level Thailand, Vietnam, dan Bahrain. Satu tangga harus di daki agar bisa selevel dengan raksasa Asia lainnya.
Ini butuh proses, butuh juga momen kecil seperti Zidane Iqbal tadi. Ajakan saya agar momen sekejapan mata itu berpihak kepada Indonesia, adalah tetap dukung Timnas Indonesia tanpa hate speech. Terima hasilnya dan kritisi dengan dewasa.
Masa depan Timnas Indonesia cukup cerah karena mayoritas pemain utama masih berusia di bawah 27 tahun.Â
Jadi, teruslah berjuang Garudaku! Piala Dunia ternyata adalah target yang mampu kita jangkau!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI