Idiom "Hanya keledai yang jatuh lagi pada lubang yang sama" ternyata ingin disaingi oleh pertahanan Barcelona racikan Hansi Flick. Garis pertahanan tinggi yang diekspose PSG tengah pekan lalu, kini kembali lebur di hadapan tuan rumah Sevilla.Â
Ramon Sanchez Pizjuan, memberikan kekalahan pertama bagi Blaugrana di La Liga musim ini dengan skor telak 1-4, Minggu (5/10/2025) malam WIB.Â
Tampil tanpa Raphinha dan Lamine Yamal yang sedang cedera, fans Barcelona harus melihat gawang tim kesayangannya bobol dua kali melalui penalti Alexis Sanchez menit 13', disusul sontekan mudah Isaac Romero menit 37'.Â
Jelang turun minum, tembakan first time keras Marcus Rashford menit 45+7' memberikan secercah harapan Blaugrana untuk bangkit di babak kedua.
Di babak kedua, asa ini sempat ada saat Barcelona mendapatkan penalti menit 76'. Namun sayang eksekusi penalti Robert Lewandowski masih melenceng dari sasaran.Â
Terus menggempur pertahanan tuan rumah, Ferran Torres dkk harus mengakui kepiawaian kiper Odysseas Vlachodimos yang tampil cukup prima di babak kedua.Â
Akhirnya, akibat terlalu menyerang dan lagi-lagi menggunakan garis pertahanan tinggi, gawang Wojciech Szczesny harus menerima nasib dibobol Jose Angel Carmona menit 90' serta pemain pengganti Akor Adams di menit 90+6'.Â
Patut dicatat, ketiga gol anak asuh Matias Almeyda selain penalti Alexis, semuanya adalah hasil memanfaatkan ruang di pertahanan tinggi Barcelona! Tentu kesalahan yang sama persis ketika PSG mengalahkan mereka 1-2 di Liga Champions, menampar wajah Hansi Flick dengan segala idealismenya. Bak keledai jatuh dua kali di lubang yang sama.
Kesempatan menggeser Real Madrid di puncak klasemen menjadi pupus, sebab Pedri dkk tertahan di posisi kedua dengan 19 poin. Setelah ini akan ada jeda internasional selama hampir dua pekan, maka inilah waktu yang tepat bagi Flick untuk mengevaluasi strategi bertahannya.
Kehilangan Sosok Pemimpin di Pertahanan, Inigo Martinez
Kesuksesan Barcelona merajai kompetisi lokal serta menjadi semifinalis Liga Champions musim lalu, tak dapat dipungkiri ada jasa seorang Inigo Martinez selaku bek paling senior di lini pertahanan.Â
Martinez bukan hanya sekadar pemain belakang, ia adalah jenderal lapangan yang mampu membaca permainan, memberikan instruksi, dan menanamkan rasa percaya diri pada rekan-rekan setimnya. Kepemimpinannya dalam mengorganisir lini pertahanan, terutama saat transisi dari menyerang ke bertahan, adalah aset tak ternilai.Â
Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam menjebak lawan dalam garis offside, sebuah taktik yang sangat mengandalkan koordinasi dan komunikasi antarbek. Ketika Martinez ada di lapangan, ada rasa aman, sebuah keyakinan bahwa ada yang mengarahkan orkestra pertahanan.
Namun, awal musim ini sang pemain memilih hijrah ke Al Nassr, meninggalkan Pau Cubarsi bersama bek lainnya seperti Ronald Araujo, Eric Garcia, dan Andreas Christensen.Â
Kepergiannya menciptakan lubang yang tak mudah ditutup. Ada kegamangan yang jelas terlihat dalam kuartet bek Barcelona saat menjalani transisi negatif (dari menyerang ke bertahan), utamanya dalam menjebak lawan dalam garis offside.Â
Sosok pemberi perintah atau command kurang nampak jelas, membuat setiap pemain tampak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Duet Pau Cubarsi di jantung pertahanan juga kerap silih berganti, sehingga senyawa dalam membentuk irama segaris ini kurang begitu padu.Â
Tidak adanya konsistensi pasangan bek tengah membuat chemistry yang krusial untuk taktik high defensive line ini sulit terbentuk. Mereka seperti sekelompok musisi yang masing-masing hebat secara individu, namun belum menemukan harmoni kolektif.
Selain itu, kembali lagi, pilihan Flick untuk menggunakan high defensive line memang sarat risiko, apalagi tanpa kehadiran pemimpin seperti Martinez. Taktik ini menuntut kekompakan, kecepatan, dan pemahaman posisi yang sempurna dari setiap pemain belakang.Â
Ketika salah satu elemen ini goyah, bencana siap datang. Dua kekalahan beruntun yang dialami Barcelona sepenuhnya adalah tanggung jawab pelatih asal Jerman tersebut. Ia harus segera menemukan solusi untuk masalah ini, baik dengan mengubah taktik, atau dengan menunjuk pemimpin baru di lini belakang yang mampu mengemban tugas berat tersebut.Â
Waktu jeda internasional menjadi momen krusial bagi Flick untuk merenung dan mencari jawaban atas pertanyaan besar yang kini menghantui pertahanan Blaugrana: siapa yang akan menjadi "otak dan suara" di lini belakang mereka?
Ketergantungan pada Raphinha dan Lamine Yamal?
"Kebobolan 4 gol, tapi timmu cetak 5 gol, you still win the game." Kalimat viral ini tentu bisa dijadikan Barcelona landasan mengamankan 3 poin di laga ini meski memiliki kelemahan dalam bertahan.Â
Namun, realitas di lapangan berbicara lain. Tanpa kehadiran Raphinha yang cedera hamstring, serta Lamine Yamal yang baru saja menderita cedera daerah selangkangan, membuat ketajaman lini serang Barcelona berkurang drastis.Â
Kedua pemain ini adalah kunci dalam menciptakan peluang dan memberikan daya gedor. Raphinha dengan kecepatan dan dribbling-nya yang mematikan, serta Lamine Yamal dengan bakat alaminya yang mampu memecah pertahanan lawan, adalah dua sayap yang sangat diandalkan Flick. Kehilangan keduanya secara bersamaan adalah pukulan telak yang membuat lini serang Blaugrana terasa tumpul.
Ritme permainan Lewandowski yang lebih sering dirotasi musim ini, juga berbeda jauh dibanding musim lalu. Striker Polandia itu tampak belum menemukan konsistensi terbaiknya, dan tanpa dukungan yang memadai dari sayap, efektivitasnya semakin menurun.Â
Sementara Dani Olmo dan Ferran Torres yang ditunjuk sebagai kreator serangan juga kurang bisa menyengat pertahanan Sevilla. Mereka berdua, meski memiliki kualitas, belum mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Raphinha dan Yamal.Â
Serangan-serangan Barcelona menjadi mudah diprediksi, kurang bervariasi, dan jarang menciptakan ancaman berarti di kotak penalti lawan.
Pekerjaan ekstra diemban Pedri sebagai gelandang box-to-box untuk masuk ke kotak penalti lawan, mencoba membantu serangan. Namun, konsekuensinya ruang pertahanan di lini tengah jadi terekspos.Â
Pedri adalah pemain dengan visi dan teknik luar biasa, namun memaksanya untuk terus-menerus membantu serangan justru menciptakan celah di area yang seharusnya ia jaga.
Dikutip dari Reuters, Flick masih memberikan semangat ke anak asuhnya dengan mencermati adanya strategi yang harus dievaluasi.
"Hari ini, saya harus menerima kekalahan ini, dan saya berpikir positif. Kami juga melihat poin-poin negatif dalam permainan kami, yang harus kami ubah," ujar Flick. Ia menambahkan, kebangkitan timnya di awal babak kedua adalah hal yang cukup menggembirakannya.Â
"Babak pertama tidak bagus... kami tidak punya solusi untuk bermain, sungguh tidak bagus. Tapi di babak kedua, reaksinya, saya sangat mengapresiasi. Apa yang kami lakukan, bagaimana kami bermain, sungguh menyenangkan untuk dilihat."
Pernyataan Flick menunjukkan bahwa ia menyadari adanya masalah, namun ia juga berusaha mencari sisi positif dari kekalahan ini. Reaksi tim di babak kedua memang patut diapresiasi, namun hasil akhir tetap tidak bisa dibantah.Â
Jeda internasional menjadi waktu krusial bagi Flick untuk duduk bersama staf pelatihnya, menganalisis data, dan menemukan solusi konkret.Â
Barcelona memiliki potensi, namun tanpa perbaikan di lini belakang dan cara mengatasi absennya pemain kunci di lini depan, mereka akan terus terjebak dalam lubang yang sama. Pertahanan keledai ini harus segera berubah, sebelum musim ini menjadi lebih buruk dari yang dibayangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI