Martinez bukan hanya sekadar pemain belakang, ia adalah jenderal lapangan yang mampu membaca permainan, memberikan instruksi, dan menanamkan rasa percaya diri pada rekan-rekan setimnya. Kepemimpinannya dalam mengorganisir lini pertahanan, terutama saat transisi dari menyerang ke bertahan, adalah aset tak ternilai.Â
Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam menjebak lawan dalam garis offside, sebuah taktik yang sangat mengandalkan koordinasi dan komunikasi antarbek. Ketika Martinez ada di lapangan, ada rasa aman, sebuah keyakinan bahwa ada yang mengarahkan orkestra pertahanan.
Namun, awal musim ini sang pemain memilih hijrah ke Al Nassr, meninggalkan Pau Cubarsi bersama bek lainnya seperti Ronald Araujo, Eric Garcia, dan Andreas Christensen.Â
Kepergiannya menciptakan lubang yang tak mudah ditutup. Ada kegamangan yang jelas terlihat dalam kuartet bek Barcelona saat menjalani transisi negatif (dari menyerang ke bertahan), utamanya dalam menjebak lawan dalam garis offside.Â
Sosok pemberi perintah atau command kurang nampak jelas, membuat setiap pemain tampak ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Duet Pau Cubarsi di jantung pertahanan juga kerap silih berganti, sehingga senyawa dalam membentuk irama segaris ini kurang begitu padu.Â
Tidak adanya konsistensi pasangan bek tengah membuat chemistry yang krusial untuk taktik high defensive line ini sulit terbentuk. Mereka seperti sekelompok musisi yang masing-masing hebat secara individu, namun belum menemukan harmoni kolektif.
Selain itu, kembali lagi, pilihan Flick untuk menggunakan high defensive line memang sarat risiko, apalagi tanpa kehadiran pemimpin seperti Martinez. Taktik ini menuntut kekompakan, kecepatan, dan pemahaman posisi yang sempurna dari setiap pemain belakang.Â
Ketika salah satu elemen ini goyah, bencana siap datang. Dua kekalahan beruntun yang dialami Barcelona sepenuhnya adalah tanggung jawab pelatih asal Jerman tersebut. Ia harus segera menemukan solusi untuk masalah ini, baik dengan mengubah taktik, atau dengan menunjuk pemimpin baru di lini belakang yang mampu mengemban tugas berat tersebut.Â
Waktu jeda internasional menjadi momen krusial bagi Flick untuk merenung dan mencari jawaban atas pertanyaan besar yang kini menghantui pertahanan Blaugrana: siapa yang akan menjadi "otak dan suara" di lini belakang mereka?
Ketergantungan pada Raphinha dan Lamine Yamal?
"Kebobolan 4 gol, tapi timmu cetak 5 gol, you still win the game." Kalimat viral ini tentu bisa dijadikan Barcelona landasan mengamankan 3 poin di laga ini meski memiliki kelemahan dalam bertahan.Â
Namun, realitas di lapangan berbicara lain. Tanpa kehadiran Raphinha yang cedera hamstring, serta Lamine Yamal yang baru saja menderita cedera daerah selangkangan, membuat ketajaman lini serang Barcelona berkurang drastis.Â